Oleh: Dr. KH. Kharisudin Aqib, M. Ag
Kita ketahui bahwa agama Islam masuk
ke Indonesia tidak langsung dari tanah Arab tetapi melalui negeri Persia dan
India, dibawa kwmari oleh orang-orang dagang atau oleh mereka yang emmang datng
untuk menyiarkan agama Islam. Dan juga kita ketahui bahwa di Indonesia adalah
madzhab Syafi’I, pada hal Islam di India pada umumnya ialah bermadzhab Hanafi,
yang menegasakan teoriitu berkata bahwa di tempat datangnya Islam ke Indonesia
yaitu Malabar penduduknya bermazhab Syafi’I meskipun itu sedikit.
Menurut Hamka bahwa pengaruh
masuknya Islam dari Arab, terutama dari Mesir.
Pertama : Ibnu Bathuthah, menyaksikan bahwa
raja Pasai bermadzhab Syafi’i.
Kedua : Ibnu Khaldun yang
hidup sezaman dengan Ibnu Bathuthah manyatakan dalam
muqaddimahnya bahwa
negeri Mesir adalah penganut madzhab Syafi’i
yang
terbesar.
Ketiga : Nama dan gelar-gelar raja-raja
Pasai yang mula-mula itu ialah meniru raja-raja
keturunan Shalahuddin
El Ayubi di Mesir, Al-Malik Shaleh, AL-malikul Adil,
Al Malikul Mansur.
Keempat : Ibnu Bathuthah mengatakan bahwa
madzhab penduduk Mekkah yang umum
Ialah madzhab
Syafi’i. Maka kalau pengaruh Islam dari Indialah yang masuk
terlebih dahulu,
niscaya madzhab Hanafilah yang dipeluk oleh raja-raja Pasai
yang gelar-gelar mereka dianugerahkan oleh
khalifah Bani Abbas yang ketika itu
bersemayam di mesir, di bawah naungan
raja-raja Mameluk.
Kelima : Pengaruh India atas keislaman di
Indonesia, karena faham mistik India terdapat
amat dalam keislamannya bangsa Indonesia.
Keenam : Ulama – ulama Islam yamg mula-mula
sekali tersebut dalam sejarah adalah
terutama tasawuf pada
abad XIV di zaman kerajaan Pasai.
Dalam perkembangan tasawuf di
Indonesia, pengaruh Ghazali Asy-Syafi’i lebih besar dari pada pengaruh Hallaj
Asy-Syafi’i. maka dalam daftar para wali yang ditulis oleh Syaikh Yusuf bin
Ismail An nabani di dalam bukunya yang bernama “Jami” karamatil Auliyaa” bahwa
Asy Syafi’I Syakh tasawuf yang terkenal di negeri Mekah berguru kepada seorang
Al Jawy (bangsa jawa) namanya ialah Syaikh Abu Abdillah Mas’ud bin Abdillah Al
Dany.
Syeikh Mas’ud bin Abdillah Al jawy
hidup di zaman kerajaan Pasai Sumatera disebut oleh Ibnu Bathuthah ‘Negeri
Jawa”. Dan pada zaman kejayaan kerajaan Islam PAsai sudah ada orang Indonesia
menjadi guru tasawuf yang tinggi dan diakui bukan saja di negerinya bahkan
mengajar di tanah Arab dan banyak muridnya orang besar-besar dalam dunia
tasawuf. Diantaranay Asy-Syafi’I seorang Syaikh yang karangam-karangannya
tentang tasawuf menjadi pedoman mereka sampai sekarang.
Diterangkan pula bahwa Arablah
terlebih dahulu masuk Indonesia. Terbuktilah dengan madzhab Syafi’i yang besar di Mesir dan Hijaz, meskipun ada
pengaruh Persia dan India.
Negeri Pasai menjadi maju sebagai
pelapor madzhab Syafi’I, sehingga kian lama kian banyaklahpedagang santri
dating ke negeri itu, baik dari tanah Arab ataupun dari tanah india, ataupun
dari Iran (Persia), sehingga Al Amir Abdul Qadir keturunan Al Mustanshir
Al-Abasy pun dating melindungkan diri ke sana, dan wafat di sana.
Maka suasana tasawuf inilah yang
meliputi Indonesia barabad-abad lamanya, sejak abad permulaannya perkembangan
yaitu abad XIII dan abad XIV, sampai pada zaman terakhir. Sampai pulalah ke
Indonesia ini thariqat-thariqat tasawuf, ada Naqayabandiyah, yang dating dari
Asia Tengah, ada Qadiriyah yang berasal dari Baghdad, dan ada Idrusiyah yang
berasal dari Hadramaut, ada thariqat Rifa’iyah yang didatngkan dari Mesir di
zaman Pasai juga, yang sampai sekarang tinggal menjadi nama dari satu genderang
atau rebana yang diberi nama Rifa’i.
B.
Tokoh-tokoh Sufi di Indonesia
Adapun tokoh-tokoh ulama tasawuf
yang agung namanya diperkenalkan sebagai berikut :
1. Syeikh
Hamzah Al Fansuri
Beliau dan muridnya Syeikh
Syamsuddin Sumaterahi adalah termasuk tokoh sufi yang sepaham denga Hallaj,
faham Hulul, ittihad, Mahabbah adalah seirama. Dan beliau diakui salah seorang
pujangga Islam yang sangat popular di zamannya, sehinggga kini namanya
menghiasi lembaran sejarah kesusastraan Malayu Indonesia.
Syair-syairnya terkumpul dalam
buku-buku yang terkenal antara lain :
- Syair
Burung Pingai d.
Syair Sidang Fakir
- Syair
Dagang e.
Syair Ikan Tongkol
- Syair
Pungguk f.
Syair Perahu
Karangan – karangannya yang berbentuk kitab ilmiah antara lain :
- Asrarul
Arifin fi Bayani Ilmis Suluki wat Tauhid
- Syabul
Asyiqin
- Al
Muhtadi
- Ruba’i
hamzah Al Fansuri.
2. Syaih
Syamsuddin As Sumaterani
Beliau adalah keturunan ulama,
ayahnya bernama Abdullah As Sumaterani. Dia mendapat pendidikan kesufian dari
Syaikh Hamzah Al fansuri dan kemudian dikatakan pernah belajar kepada Sunan
Bonang di Jawa. Nampaknya beliau mendapat tempat pada posisi terbaik di
kerajaan Aceh, dia dapat mendekatkan diri dengan Sultan Iskandar Muda mahkota
Alamsyah.
Karya – karya beliau yang dapat dicatat
selengkapnya sebagai berikut :
- Jawahirul
Haqaaiq
- Tanbiihut
Thullab fi ma’rifati Malikil Wahhab
- Risalatul
Bayin Malahazat Al Muwahidin ‘IaI Muhtadi fi Dzikrillahi
- Kitabul
Harakat
- Nurul
Daqaaiq
Dari item a sampai e ini dituliskannya dengan bahasa Arab, Dan yang
dengan bahasa Melayu ialah :
- Mir’atul
Iman
- Mir’atul
Mu’minin
- Mir’atul
Haqiqah
- Mir’atul
Muhaqqiqin
- Syarah
Mir’atul Qulub
- Syarah
Ruba’I Hamzah Fansuri
Yang ditulis dengan bahasa arab atau melayu :
- Nurul
Haqaiq e.
Risalatul Wahab
- Kitab
Tazyim f.
Tanbiihullah
- Syarbul
Arifin g.
Risalatul Wahdah.
- Kitabul
Martabah
3. Syaih
Abdul Rauf bin Al Fansuri
Beliau sebagai tokoh sufi dan
penebar thariqat Syattariyah yang ulung untuk zamannya. Orde thariqat ini
pertama ialah Syaikh Abdullah Asy Syattari, thariqat ini pernah mengambil
tempat pengaruh besar di India, Indonesia. Thariqat ini berkemabang di Sulawesi
di bawa oleh seorang murid Syaikh Abdur Rauf bin Al Fansuri ialah Syaikh Yusuf
Tajul Khalwati Makasar.
Setelah tokoh-tokoh penyebar
thariqat ini tiada lagi hingga sekarang masih tersebarlah thariqat ini
bertitih-titih melalui dari Syaikh yang dapat dipercayai, orde thariqat ini tak
mungkin akan hilang, sebab dia adalah
termasuk ajaran yang ebnar. Akan gagallah usaha golongan-golongan tertentu untuk
membasminya, walaupun mereka berpekik mengatakan bahwa thariqat ini adalah
bid’ah.
4. Syaikh
Burhanuddin Ulakkan
Namanya ketika kecil ialah Si pono,
ayahnya bernama Pampak. Masih kanak-kanak hobinya berdagang, ayahnya sendiri
beragama Budha.
Syaikh Burhanuddin Ulakkan ulama
besar bermadzhab Syafi’i, pengikut faham Ahlussunnah wal jama’ah, penganjur
thariqat wyattariyah di daerah minangkabau yang telah mencurahkan seluruh
hidupnya untuk islam. Usaha – usahanya di belakang hari akan diikuti oleh
ulama-ulama yang berasal dari Sumatera Barat secara berantai yang tiada akan
putusnya hingga waktu sekarang.
5. Syaikh
Yusuf Tajul Khalwati
Seorang tokoh sufi yang agung yang
tiada taranya berasal dari Sulawesi, dilahirkan pada 8 Syawal 1036 H.
Thariqat – thariqat yang pernah
dipelajarinya adalah :
- Thariqat
Qadiriyah, diterima dari Syaikh Nurudin Ar Raniri Aceh
- Thariqat
Naqsabandiyah diterima dari Syaikh Abi Abdillah
- Thariqat
As Saadah Al Baalawiyah diterima dari Sayyid Ali di Zubaid (Yaman)
- Dan
lain – lain.
Kabarnya semua
Thariqat yang telah dipelajarinya itu mempunyai selisih yang bersambung kepada
Nabi Muhammad saw. Tapi sayang semua silsilah itu belum dikemukakan dalam salah
satu kitabnya.
Syaikh yusuf selaku orang tua dan
beliau termasuk salah satu keturunan bangsawan Bugis. Ke mana jua kita merantau
ke kampung halaman kita, tumpah darah terkenang nian, tiada insane yang sanggup
melupakan peristiwanya ketika kecil di negeri kelahirannya walaupun berapa
lamapun dia tinggalkan.
Karangan – karangan Syaikh Yusuf
antara lain :
- Ar
Risalatul Naqsyabandiyah
- Fathur
Rahman
- Zubdatul
Asraar
- Asraaris
Shalaah
- Dan
lain-lain
Pada permulaan kitab pengarangnya bahwa kitabnya itu membicarakan
‘tentang tawajjuh, muraqabah, musyahadah, muhadharah, dan muayyanah’ yaitu
jalan bagi ahlillah Al Arifin dari golongan Ahlil Kasyaf dan Zauq. Beliau
menjelaskan pula tentang beberapa kalimat pada kadar yang mudah bagi
menghampirkan kefahaman dan menguraikan isyarat-isyarat dan menjelaskan
ibarat-ibarat kandungan kitab sangat dalam. Pada bagian pertama dibicarakan
percakapan antara hamba dengan Tuhannya ketika membaca Al-Fatihah dan hingga
selesai sembahyang. Di dalamnya mengupas pembagian juga pembagian kiblat ada
empat, yaitu pertama dinamakan kiblat amal, kedua kiblat ilmi, ketiga kiblat
asrar, keempat kiblat tawajjuh, semuanya dikupas secara mendalam.
C. Tasawuf di
Indonesia Serta Thariqat-thariqat yang Berkembang Sampai Sekarang.
Menurut Junaidi Al-Baghdadi,
“Tasawuf adalah keluar dari perangkai yang tercela dan masuk ke dalam perangkai
yang terpuji dan mulia.”
Menurut Al-Hujwiri, tasawuf berarti mempertahankan keadaan-keadaan yang benar
bersama Tuhan,”
sementara menurut Al-Junaid, “tasawuf adalah membersihkan hati dari apa-apa
yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk, memadamkan sifat kelemahan kita
sebagai manusia, menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-sifat
suci kerohanian dan bergantung kepada ilmu-ilmu hakikat.
Membicarakan tentang tasawuf di
Indonesia tidak lepas dari pembicaraan tentang Islam di Indonesia, sebab
tasawuf adalah salah satu dari ajaran Islam, dan aliran-aliran yang ada dalam
tasawuf sangat erat kaitannya dengan madzhab yang banyak diikuti oleh umat
Islam di Indonesia. Sementara itu banyak orang yang berbeda pendapat tentang
masuknya Islam di Indonesia dan ada yang berpendapat bahwa agama islam yang
berkembang di Indonesia adalah pengaruh India, namun demikian ada juga yang
menyangkal pendapat ini seperti Prof. Hamka, beliau berpendapat bahwa pengaruh
Islam di Indonesia adalah Arab, mengingat bahwa kebanyakan umat Islam di
Indonesia kebanyakan madzhab Syafi’I sementara umat Islam di India mayoritas
mengikuti madzhab Hanfi. Sementara itu tasawuf yang masuk ke Indonesia adalah
seiring sejalan dengan ahlu sunnah wal jama’ah, khususnya madzhab Syafi’i.
Dalam sejarah perkembangan tasawuf di Indonesia pengaruh Imam Ghazali
(As-Syafi’i) lebih besar dari pada pengeruh Al Hallaj (As-Syafi’i).
Dalam sebuah buku berjudul Jami’ul
karamatil Auliya’ karangan Syaikh Yusuf bin Ismail An Nabhani, disebutkan bahwa
As-Syafi’I seorang guru tasawuf yang terkenal di Mekkah berguru kepada seorang
Jawa yang bernama Syaikh Abu Abdillah Mas’ud bin Abdillah. Beliau adalah
seorang guru besar pada masa kejayaan kerajaan Samudera Pasai. Dari sini maka
jelaslah bagi kita bahwa sejak itu sudah ada orang Indonesia yang menjadi guru
tasawuf tingkat tinggi, yang diakui baik didalam ataupun di luar negeri, sebab
beliau juga mengajar di tanah Arab dan kebanyakan murid-muridnya adalah
orang-orang besar di dunia tasawuf.
Maka jelaslah bagi kita bahwa
pengaruh Arab yang lebih dahulu masuk ke Indonesia, meskipun kemudian ada
pengaruh Persia dan India. Ini terbukti pula dengan tasawuf itu. Pada akhirnya
suasana tasawuf ini yang mempengaruhi dan meliputi Negara Indonesia
berabad-abad lamanya, sejak abad permulaan perkembangannya sampai akhirnya, dan
sampai pulalah thariqat-thariqat tasawuf. Dari abad ke abad itu maka
bermunculanlah ahli-ahli tasawuf dari Indonesia, seperti hamzah Fashuri, Abdur
Rauf Sengkel, Nuruddin ar Raniri dan masih banyak yang lainnya.
Demikianlah tasawuf di Indonesia,
semakin lama semakin berkembang dan ini terbukti dengan semakin banyaknya
ahli-ahli tasawuf. Perkembangan tasawuf ini disertai juga dengan perkembangan
thariqat-thariqat, yang pada mulanya hanya merupakan cara atau jalan yang harus
ditempuh seorang sufi untuk sampai pada tingkatan teratas yakni hakikat, namun
pada akhirnya memiliki arti lain yaitu suatu gerakan yang lengkap untuk
memberikan latihan-latihan rohani daa jasmani dalam segolongan umat Islam menurut
ajaran-ajaran dan keyakinan-keyakinan tertentu. Thariqat yang dimaksud di sini
adalah memilki tujuan untuk mempertebal iman di hati para pengikutnya
sedemikian rupa, sehingga tidak ada yang lebih indah dan lebih dicintai selain
dari pada Allah.
Thariqat-thariqat itu banyak sekali,
ada yang merupakan thariqat induk yang diciptakan oleh tokoh-tokoh tasawuf
aqidah dan ada thariqat-thariqat yang merupakan pecahan daripada thariqat induk
yang sudah mengamalkan thariqat atau oleh keadaan setempat. Sebagaimana kita
ketahui bahwa di Indonesia telah ada badan yang khusus memperhatikan
thariqat-thariqat yang sudah diselidiki kebenarannya, yang dinamakan thariqat
Mu’tabarah. Seorang tokoh thariqat terkemuka Dr. Syaikh H. Jalaluddin
menerangkan bahwa diantara thariqat yang mu’tabar ada 41 macam, sebagai berikut
:
- Thariqat Qadiriyah
- Thariqat Nasyabandiyah
- Thariqat Syaziliyah
- Thariqat Rifa’iyah
- Thariqat Ahmadiyah
- Thariqat Dasukiyah
- Thariqat Akbariyah
- Thariqat Maulawiyah
- Thariqat Qurabiyah
- Thariqat Suhrawardiyah
- Thariqat Kalwatiyah
- Thariqat Jalutiyah
- Thariqat Ba’dasiyah
- Thariqat Ghazaliyah
- Thariqat Rumiyah
- Thariqat Jastiyah
- Thariqat Sya’baniyah
- Thariqat Alawiyah
- Thariqat ‘Usyaqiyah
- Thariqat Bakriyah
- Thariqat Umariyah
|
- Thariqat Utsmaniyah
- Thariqat Aliyah
- Thariqat Abbasiyah
- Thariqat Haddaniyah
- Thariqat Maghribiyah
- Thariqat Ghaibiyah
- Thariqat Hadiriyah
- Thariqat Syatariyah
- Thariqat Bayumiyah
- Thariqat Aidrusiyah
- Thariqat Sambliyah
- Thariqat Maulawiyah
- Thariqat Shiddiqiyah
- Thariqat Qusyasyiyah
- Thariqat Tijaniyah
- Thariqat Anfasiyah
- Thariqat Sammaniyah
- Thariqat Sanusiyah
- Thariqat Idrisiyah
- Thariqat Badawiyah
|
Dari bermacam-macam thariqat
tersebut mempunyai cirri-ciri yang berbeda-beda, mursyid yang berbeda serta
aturan-aturan yang berbeda dan pendiri yang tidak sama pula. Karena tidak
terbatasnya waktu maka tidak mungkin bagi penulis untuk menyebutkan
masing-masing dari pendiri, mursyid, cirri-ciri dan aturan-aturan yang ada
dalam setiap thariqat di atas. Oleh karena itu, maka penulis akan menuliskan
beberapa thariqat yang besar dan terkenal di Indonesia dan sampai saat ini
masih tersebar secara menyeluruh di kepulauan Indonesia atau paling tidak masih
sering kita dengar nama Thariqat itu sebagai berikut :
1. Thariqat
Syaziliyah
Nama pendirinya ialah Abul Hasan Ali
Asy-Syazili yang dalam sejarah keturunannya dihubungkan dengan Hasan bin Ali
bin bi Thalib. Beliau lahir di Amman salah satu desa kecil di Afrika, pada
tahun 573 H.
Thariqat Syaziliyah ini adalah
Thariqat yang dikatakan termudah mengenai ilmu dan amal, ihwal dan maqam, ilham
dan maqal, dan dengan mudah dapat membawa pengikut-pengikutnya kepada jasad,
mujahadah, hidayah, asrar dan keramat. Menurut kitab-kitabnya Thariqat
Syaziliyah tidak meletakkan syarat-syarat yang berat kepada syaikh Thariqat,
kecuali meraka harus meninggalkan semua perbuatan maksiat, memelihara segala
ibadat yang diwajibkan, melakukan ibadat-ibadat sunnah sekuasanya, dzikir
minimal seribu kali sehari semalam, membaca shalawat minimal seratus kali tiap
hari serta beberapa dzikir lain.
2. Thariqat
Qadiriyah
Pendirinya adalah Syaikh Abdul Qadir
Al-Jailani. Beliau adalah seorang yang alim dan zahid.
Thariqat Qadiriyah memiliki
dzikir-dzikir, hizib dan wirid-wirid tertentu. Ada penganutnay. Namun meskipun
bernama thariqat Qadiriyah dalam pertumbuhannya thariqat ini banyak dipengaruhi
oleh faham-faham lain. Wirid-wirid Thariqat Qadiriyah yang sebenarnya termuat
dalam kitab Alfuyadah Al Rabbaniyah.
3. Thariqat
Naqsyabandiyah
Thariqat ini asalnya didirikan oleh
Muhammad bin Baha’uddin Al Uwaisi Al Bukhari, ia dilahirkan di Arifan Bukhara.
Dinamkan Naqsyabandiyah karena
diambil dari kata Naqsyaban yang berarti lukisan, karena konon karena ia ahli
dalam memberikan likisan kehidupan yang ghaib-ghaib.
Thariqat Naqsyabandiyah mengutamakan
dzikir hati. Dalam thariqat ini ada enam dasar yang terpenting yaitu taubat,
uzlah, zuhud, taqwa, qana’ah dan taslim. Oleh karena itu maka ada enam
kewajiban yang harus dikerjakan dalam thariqat ini, yaitu : dzikir,
meninggalkan hawa nafsu, meninggalkan dunia, melukukan agama dengan
sungguh-sungguh, berbuat baik pada segala makhluk dan mengerjakan amal
kebajikan.
4. Thariqat Suhrawardiyah
Pendirinya adalah Syihabiddin Umar
bin Abdullah As-Suhrawardi (539-632 H.). Ajaran-ajaran yang ada dalam thariqat
ini terkumpul dalam kitab Awariful ma’arif, disana dijelaskan mengenai
persoalan jama’ dan tafarruk, tejalli dan istitar, tajrid dan tafrik, sakar dan
sahu, ilmul yakin, ainul yakin dan haqqul yakin, ghaibah dan syuhud, zauq dan
syarab, mukhadharah, mukasyafah dan musyahadah, talkin dan tamkin, musamaral,
ghulbah dan persoalan lain yang bertalian dengan masalah bidayah dan nihayah.
5. Thariqat
Khalawatiyah
Dalam amalan sehari-hari, thariqat
ini berpedoman pada kitab Awariful Ma’arif juga, hanya saja ada penambahan dan
pengurangan di sana sini sesuai dengan keperluan thariqat ini dan menurut
mursyidnya. Dalam thariqat khalawatiyah ada istilah khasyiyah, yang di dilamnya
menerangkan juga tentang cara-cara berdzikir misalnya harus menghadap kiblat,
duduk di atas dua lutut atau berdiri, mengosongkan hati dai segala keinginan,
bersih lahir dan batin, terus-menerus dalam keadaan berwudlu dan berpegang
teguh pada syari’at dan thariqat.
6. Thariqat
Sammaniyah
Pendiri Thariqat ini adalah Muhammad
Samman (1189 H.) di Madinah. Thariqat Sammaniyah terdiri dari ucapan-ucapan
dzikir yang biasanya diamalkan setiap malam jum’at dan dibaca secara
bersama-sama sampai jauh malam, dzikir dan ratib itu diucapkan dengan keras
terdiri dari pada nama Tuhan dan seruan kepadanya, dengan cara-cara tertentu di
bawah pimpinan seorang guru. Disamping kalimat syahadat, ratib Samman ini
mempunyai keistimewaan dalam dzikir yang hanya menggunakan perkataan Hu, yaitu
Dia (Allah).
7. Thariqat
Rifa’iyah
Pendiri thariqat ini adalah Ahmad
bin Ali Abul Abbas (512 H) di kota Hassan, dekat basrah.
Thariqat ini berbeda dengan
thariqat-thariqat yang lain sebab memiliki cirri khusus dalam pelaksanaan
dzikir. Dalam thariqat ini dikenal permainan Dabbus yang berasal dari bahasa
Arab dan berarti sepotong besi yang tajam, biasanya orang-orang Rifa’iyah
berdzikir di tengah-tengah suara rebana yang gemuruh. Inilah salah satu
perbedaan thariqat Rifa’iyah dengan thariqat-thariqat yang lain.
Demikianlah beberapa gambaran yang
dapat penulis sajikan, walaupun jauh dari sempurna, namun penulis tetap
berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Comments[ 0 ]
Posting Komentar