TAREKAT QADIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH
Di
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah sebuah tarekat yang merupakan univikasi dari dua tarekat besar, yaitu Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah.[1] Penggabungan kedua tarekat tersebut kemudian dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga terbentuk sebuah tarekat yang mandiri dan berbeda dengan kedua tarekat induknya. Perbedaan itu terutama terdapat dalam bentuk-bentuk riyadhah dan ritualnya. Penggabungan dan modifikasi yang sedemikian ini memang suatu hal yang sering terjadi di dalam Tarekat Qadiriyah.[2]
|
1. Tarekat Qadiriyah
Nama tarekat ini dinisbatkan kepada seorang sufi besar yang sangat legendaris, dengan sekian banyak sebutan kehormatan, antara lain : Qutb al-auliya’, shahib al-karamat, dan Sulthan al-auliya’. Ia diyakini sebagai pemilik dan pendiri tarekat ini. Sufi besar itu adalah Syekh Muhyiddin Abd Qadir al-jailani. [3]
Syekh Abd. Qadir al-Jailani dilahirkan pada tahun 470 H. (1077 M) di Jilan (Wilayah
Syekh Abd. Qadir al-Jailani memimpin madrasah dan ribathnya di
Perkembangan tarekat ini ke berbagai daerah kekuasaan Islam di luar
Menurut Trimingham, Tarekat Qadiriyah sampai dengan sekarang ini (abad XX), masih merupakan tarekat yang terbesar di dunia Islam, dengan berjuta-juta pengikutnya. Mereka tersebar di berbagai penjuru dunia, seperti Yaman,
2. Tarekat Naqsyabandiyah
Nama tarekat besar ini dinisbatkan kepada seorang sufi besar yang hidup antara tahun 717 H./1317 M.-791 H./1389 M. di
Tarekat ini selain dikenal dengan nama Tarekat Naqsyabandiyah, juga disebut dengan Tarekat Khawajakiyah. Nama ini dinisbatkan kepada Abd. Khaliq Ghujdawani (w. 1220 M.). Ia adalah seorang sufi dan mursyid tarekat itu, dan merupakan kakek spiritual al-Naqsyabandi yang keenam. Ghujdawani adalah peletak dasar ajaran tarekat ini, yang kemudian ditambah oleh al-Naqsyabandi. Karena Ghujdawani hanya merumuskan delapan ajaran pokok, maka setelah ditambah oleh al-Naqsyabandi dengan tiga ajaran pokok, maka ajaran Tarekat Naqsyabandiyah menjadi sebelas.[11]
Pusat perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah ini berada di daerah Asia Tengah.[12] Dan diduga keras bahwa tarekat ini telah menyebar sejak abad 12 M., dan sudah ada pemimpin lasykar yang menjadi murid Ghujdawani. Sehingga tarekat ini berperan penting dalam kerajaan Timurid. Apalagi setalah tarekat ini berada di bawah kepemimpinan Nashiruddin Ubaidillah al-Ahrar (1404-1490 M.), maka hampir seluruh wilayah Asia Tengah “dikuasai” oleh Tarekat Naqsyabandiyah.[13]
Tarekat Naqsyabandiyah mulai masuk ke
Annameri Schimel, banyak menulis tentang peranan para tokoh Naqsyabandiyah di India, di antaranya adalah Ahmad Faruqi Shirhindi (w. 1642 M.) dan Syah Waliyullah al-Dahlawi (w. 1762 M.), seorang tokoh pembaharu yang cukup terkenal.[15]
Masuknya Tarekat Naqsyabandiyah ke Makkah justru melalui
3. Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah Suryalaya
Tarekat ini didirikan oleh sufi dan syekh besar masjid al-Haram di Makkah al-Makarrammah. Ia bernama Ahmad Khathib ibn Abd. Ghaffar al-Sambasi al-Jawi. Ia wafat di Makkah pada tahun 1878 M. Beliau adalah seorang ulama besar dari
Sebagai seorang mursyid yang sangat ‘alim dan ‘arif billah, Syekh A.Khathib memiliki otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi tarekat yang dipimpinnya. Karena dalam Tarekat Qadiriyah memang ada kebebasan untuk itu, bagi yang telah mencapai derajat mursyid.[22] Tetapi yang jelas pada masanya telah ada pusat penyebaran Tarekat Naqsyabandiyah di
Penggabungan inti ajaran kedua tarekat itu, dimungkinkan atas dasar pertimbangan logis dan strategis bahwa kedua ajaran inti itu bersifat saling melengkapi, terutama dalam hal jenis dzikir dan metodenya. Tarekat Qadiriyah menekankan ajarannya pada dzikir jahr (bersuara), sedangkan Tarekat Naqsyabandiyah menekankan model dzikir sirr (diam), atau dzikir lathaif. [24] Dengan penggabungan itu diharapkan para muridnya dapat mencapai derajat kesufian yan lebih tinggi, dengan cara yang lebih efektif dan efisien.
Akan tetapi dinyatakan dalam kitabnya “Fath al-Arifin”, bahwa sebenarnya tarekat ini tidak hanya merupakan univikasi dari dua tarekat tersebut. Tetapi, merupakan penggabungan dan modivikasi dari
Penamaan tarekat ini tidak terlepas dari sikap rendah diri (tawadlu’) dan mengagungkan guru (ta’zhim) Syekh Ahmad Khathib yang sangat alim itu, kepada pendiri kedua tarekat tersebut. Sehingga beliau tidak menitsbatkan nama tarekatnya itu pada dirinya. Padahal melihat modifikasi ajaran, dan tata cara ritual tarekatnya, sebenarnya lebih tepat kalau dinamakan dengan Tarekat Khatibiyah atau Sambasiah. Karena memang tarekat ini merupakan hasil ‘ijtihad’-nya. Syekh Ahmad Khatib telah memadukan keunikan-keunikan beberapa tarekat ( Tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Anfasiah, Junaidiyah, dan Mufaqah ) dalam suatu tarekat yang mandiri.
Syekh Ahmad Khatib memiliki banyak murid dari beberapa daerah di kawasan Nusantara, dan beberapa orang khalifah. Di antara khalifah-khalifahnya yang terkenal dan kemudian menurunkan murid-murid yang banyak sampai sekarang ini adalah : Syekh Abd. Karim al-Bantani, Syekh Ahmad Thalhah al- Cireboni, dan Syekh Ahmad Hasbu al-Maduri. Sedangkan khalifah-Khalifah yang lain, seperti : Muhammad Isma’il ibn Abd. Rachim dari Bali, Syekh Yasin dari Kedah Malaysia, Syekh Haji Ahmad Lampung dari Lampung (Sum-Sel), dan M. Ma’ruf ibn Abdullah al-Khatib dari Palembang, kurang begitu berarti dalam sejarah perkembangan tarekat ini. [27]
Syekh Muhammad Isma’il (
Mungkin karena sistem penyebarannya yang tidak didukung oleh sebuah lembaga yang permanen (sebagaimana pesantren-pesantren di Pulau Jawa), maka penyebaran yang dilakukan oleh para khalifah Syekh Ahmad Khatib di luar pulau Jawa kurang begitu berhasil. Sehingga sampai sekarang ini, keberadaannnya tidak begitu dominan. Setelah wafatnya Syekh Ahmad Khatib, maka kepemimpinan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Makkah (pusat), dipegang oleh Syekh Abd. Karim al-Bantani. Dan semua khalifah Syekh Ahmad Khatib menerima kepemimpinan ini. Tetapi setelah Syekh Abd. Karim al-Bantani meninggal, maka para khalifah tersebut kemudian melepaskan diri, dan masing-masing bertindak sebagai mursyid yang tidak terikat kepada mursyid yang lain. Dengan demikian berdirilah kemursyidan-kemursyidan baru yang independen.[30]
Khalifah Syekh Ahmad Khatib yang berada di
Kepemimpinan tarekat yang berada di Suryalaya ini, setelah meninggalnya Abah Sepuh digantikan oleh Abah Anom. Ia adalah putra Abah Sepuh (Abdullah Mubarak), yang bernama A. Shahibul Wafa Tajul Arifin. Beliau memimpim pesantren dan tarekat ini sampai sekarang. Di bawah kepemimpinan Abah Anom ini Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di kemursyidan Suryalaya berkembang sangat pesat. Dengan menggunakan metode riyadlah dalam tarekat ini, Abah Anom mengembangkan psikoterapi alternatif, terutama bagi para remaja yang mengalami degradasi mental karena penyalahgunaan obat-obatan terlarang (narkoba), seperti; ganja,potau, morfin, heroin dan sebagainya. Mursyid ini mempunyai wakil talqin, yang cukup banyak, dan tersebar di tiga puluh
Kemursyidan Tarekat Qadiriyah Naqsybandiyah di Tasikmalaya berpusat di pondok pesantren Suryalaya yang berarti matahari terbit. Sebuah pesantren di kampung Godebag, Tanjung Kerta Pagerageng, Tasikmalaya Jawa Barat, 30 km dari ibukota kabupaten dan 80 km dari kota Bandung. Pondok Pesantren Suryalaya ini sejak awal didirikannya (oleh Syekh Haji Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, 7 Rojab 1323 H (5 September 1905)[33] adalah merupakan pusat tarekat (kemursidan) Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah, karena pendiri pesantren ini adalah mursyid tarekat tersebut.
Dari kemursyidan Tasikmalaya ini, Tarekat Qadiriyah–Naqsyabandiyah menyebar ke seluruh penjuru Nusantara, bahkan sampai di negeri-negeri tetangga, yaitu Singapura dan
Di antara keunikan Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah kemursyidan Tasikmalaya ini, adalah Filosofi penyebaran ajarannya. Pada umumnya kaum muslimin pengikut faham Ahli al-sunnah wal jama’ah (sunni) dan pengikut Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah khususnya, berkeyakinan bahwa seorang yang memasuki dunia tasawuf atau tarekat “dipersyaratkan” telah memiliki ilmu dan amaliyah syari’at yang mantap. Karena tarekat dianggap sebagai jenjang dan tingkat kehidupan keagamaan di atas jenjang syari’at. Karena alasan ini, maka kebanyakan pengikut tarekat (di luar kemursyidan Suryalaya) adalah mereka yang telah mengenal ilmu syari’at dengan baik, atau setidaknya telah menjalankan perintah agama secara disiplin.
Lain halnya dengan filosofi yang dipegangi oleh kemursyidan-kemursyidan tersebut, dalam kemursyidan Suryalaya, filosofi da’wah (penyebaran ajaran) yang dipegangi adalah, bahwa agar seorang dapat memeluk agama Islam secara baik dan benar yang pertama kali harus diperkuatkan adalah ajaran tauhid atau iman, bukan ajaran syari’at atau Islam. Seorang harus kenal dan cinta terlebih dahulu dengan Tuhan, baru kemudian dia akan mudah melaksanakan syari'at (ketentuan-ketentuan Tuhan).[35] Karena logika ini, maka kemursyidan ini dapat menerima anggota baru yang sama sekali awam dalam bidang ilmu dan amal-amal keislaman. Bahkan para remaja yang sudah sangat rusak moralnya, akibat penyalahgunaan obat-obat terlarang diajarkan untuk mengamalkan ajaran tarekat ini juga.
Dengan mengamalkan ajaran tarekat dengan baik (khususnya dzikir), maka seseorang akan terbuka kesadarannya untuk dapat mengamalkan syari’at dengan baik, walaupun secara kognetif tidak banyak memiliki ilmu keislaman. Karena ia akan mendapat pengetahuan dari Tuhan (ma’rifah) dan cinta Tuhan (mahabbah), karena buah (tsamrah) nya dzikir. Dan juga karena buahnya dzikir, maka dalam diri seseorang terjadi penyucian jiwa (tazkiyat al-nafsi). Dan dengan jiwa yang suci seseorang akan dengan ringan dapat melaksanakan syari’at Allah.
Kenal dan cinta kepada Allah adalah kunci kebahagiaan hidup, kenyakinan para sufi memang “Mengenal Allah adalah permulaan orang beragama”. Dan karena secara empiris kebenaran logika ini telah terbukti, bahwa orang-orang yang telah diperkenalkan dengan Tuhan dan diajari (ditalqin) menyebut Asma Allah berubah menjadi manusia yang berkepribadian baik, maka akhirnya sejak tahun 1971 Abah Anom sering mendapat titipan anak (remaja) yang sedang mengalami kelainan jiwa untuk dibina dengan metode tarekat, maka akhirnya didirikanlah pondok remaja inabah, sebagai laboratorium psikoterapi Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah.
[1]KH. Zamroji Saerozi, Mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah Pusat Pare
[2]Amir al-Najjar, Al-Thuruq al-Shufiyyah fi Mishr, Kairo : Maktabah Anjlu al-Misriyyah, t.th. h. 115.
[3]J. Spencer Trimingham, The Sufi Orders in Islam,
[4]Ibid., h. 41 Baca juga HAR. Gibb and J.H. karamers, Shorter Encyclopedia of Islam,
[5]Misalnya Ibn ‘Arabi, seorang sufi besar pengarang kitab al-Futuhat al-Makkiyah. Ia menyatakan bahwa Syekh Abd. Qadir al-Jailani adalah seorang yang pantas mendapat predikat Qutub al-auliya’. Pada masanya. Demikian juga Ibn Taimiyah (w. 728 M.), ia juga telah memberikan pujian kepadanya. Baca H.A.R. Gibb, ibid., h. 6. Al-Taftazani, Sufi dari Zaman ke Zaman,
[6]Di antara karya Syekh Abd. Qadir Jailani adalah : Fath al-Rabani dan Fath al-Ghaib, keduanya berisi khutbahnya yang dikumpulkan oleh anak dan muridnya. Sedangkan yang benar-benar tulisan beliau sendiri adalah karyanya yang berjudul al-Ghunyah. Baca Abd. Qadir Jailani al-Hasani, al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haq fi Akhlaq wa Tashawuf wa al-Adab al-Islamiyah, t.t.: Maktabah al-Sya’biyah, t.th.
[7]Zurkani Yahya, “Asal usul Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dan Perkembangannya” dalam Harun Nasution (ed.), Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah: Sejarah Asal Usul dan Perkembangannya,Tasikmalaya: IAILM, 1990, h. 1963.
[8]Trimingham, op. cit., h. 271-273.
[9] Amir al-Najjar, loc. cit.,
[10]Baca tentang biografi dan kekeramatan wali besar ini pada Abu Bakar Aceh, Pengantar ilmu Tarekat, Solo : Ramadhani, 1995, h.319.
[11] J. Spencer Trimingham, op.cit., h. 62-63. Sedangkan rincian selengkapnya tentang sebelas ajaran Pokok yang dirumuskan oleh Abd. Kahliq al-Ghujdawani dan Baha’uddin al-Naqsyabandi dapat dobaca pada, Najm al Din, Amin al-Kurdi, Tanwir al Qulub fi Mu’allamati ‘Allam al-Ghuyub,
[12] Trimingham, op. cit., h. 92.
[13] Anne Marie Schimmel, Mystical Dimension of Islam, Chapellhills: Corolina Press, 1981, h. 365.
[14]Ibid., h. 367.
[15]Ibid., h. 367-370.
[16] Zurkani Yahya, op. cit. h. 79.
[17]Zamakhsari Dhafir, Tradisi Pesantren; Studi tentang Pandangan Hidup Kiai,
[18]Trimingham, op.cit. h. 122. Menurut Martin Van Bruinessen, Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah masuk ke Arab Saudi berasal dari India, melalui murid-muridnya Abdullah al-Dahlawi (w. 1240 H./1824-5M di Delhi). Yaitu Maulana Khalid (di Damaskus) dan kemudian di bawa ke Mekkah oleh Abdullah al-Zinjani. Abu Sa’id al Ahmadi yang kemudian dibawa oleh anaknya Ahmad Sa’id, yaitu M. Jan al-Makki membawa tarekat ini ke Mekkah dan M. Mazhar al-Ahmadi ke Madinah. Lihat Martin Van Bruinessa, Tarekat, op. cit., h. 72 – 73.
[19]Hawas Abdullah, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan tokoh-tokohnya di Nusantara,
[20]Zurkani Yahya, op. cit. , h. 83
[21]Dari berbagai silsilah yang penulis dapatkan di semua cabang, silsilah tarekat ini bersumber pada suatu “sanad” dari syekh Abd. Qadir Jailani. Lihat misalnya, Muhammad Usman Ibnu Nadi al-Ishaqi, al-Khulashah al-Wafiyah fi al-Adab wa Kaifiyat al-Dzikir ‘Inda Saadat al-Qadiriyah wa Naqsyabandiyah,
[22]Amir al-Najjar, loc. cit.,
[23]Trimingham, loc. cit. ,
[24]Amin al-Kurdi, op. cit. ,h. 508. Baca Martin Van Bruinessen, Tarekat, op. cit. , h. 89.
[25]Hawas Abdullah, op. cit. , h. 182-183.
[26]Pernyataan ini didukung dengan tidak adanya berita tentang nama khalifah Syekh Ahmad Khatib yang berasal dari luar Asia Tenggara (Melayu). Akan tetapi bagaimana kelanjutan kemursyidan di Makkah setelah wafatnya Syekh Abd. Karim al-Bantani, ini merupakan sesuatu yang harus diselidiki lebih lanjut.
[27]Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia,
[28]Ibid.
[29]Hawas Abdullah. op. cit , h. 181.
[30]Martin Van Bruinessen, op. cit. , h. 94.
[31]Zurkani Yahya, op.cit. , h. 88. Martin Van Bruinessen, op. cit. , h. 95.
[32]Shahibul wafa Tajul Arifin , Uqudul juman Tanbih.
[33] Emo Kastama , Inabah, Tasikmalaya : Yayasan Serba Bhakti, 1994, h. 20.
[34]Shohibul wafa Tajul Arifin, loc. cit.
[35]Ali Hanafiah, (Ketua Korwil. TQN. Tasikmalaya di Jatim), wawancara,
Support Online
Terus mursyid penerus resminya sekarang ini siapa tad?
BalasHapusTerus mursyid penerus resminya sekarang ini siapa tad?
BalasHapusMaaf tad saya mau tanya saya ingin ikut masuk torikot ini gmna ya caranya
BalasHapus