Kriteria dan Persyaratan Seorang Mursyid 2

Kriteria dan Persyaratan Seorang Mursyid 2
Oleh : Abduloh Kharisudin Aqib Al Kelutany 

Rasulullah Saw bersabda: 

عليكم بسنتى وسنة الخلفاء الراشدين المهديين بعدي، عضواعليها بالنواجذ.رواه البخاري

Hendaknya kalian melaksanakan Sunnah-sunnahku dan Sunnah para Khalifah yang terbimbing dan selalu mendapatkan hidayah setelah diriku. Hendaknya kalian pegangi sunnah itu erat-erat, dengan gigi geraham kalian. HR. Imam Bukhari, dll.

Pengertian Sunnah, secara bahasa berarti adalah kebiasaan, tradisi, ketetapan dan keputusan.
Sehingga yang dimaksud dengan Sunnah Rasulullah adalah amaliyah, kebiasaan, atau tradisi serta ketetapan Rasulullaah pada umatnya. Begitu juga apa yang menjadi Sunnah para pengganti yang melanjutkan peran dan fungsi beliau seharusnya juga mengikat dan diikuti oleh orang-orang yang beriman. Lalu siapakah para Khalifah Rasulullaah Saw. Sebanarnya Secara garis besar Rasulullah memiliki tiga macam penerus atau Khalifah, yaitu;  generasi (biologis) atau nasab yaitu para habaib, pelanjut perjuangan spiritual keagamaan yakni para ulama' dan Mursyidun, dan pelanjut pengendali pemerintahan yaitu para umaro'. Karena memang Rasulullaah meninggal dunia dengan meninggalkan: anak- cucu, jabatan kepala agama dan juga meninggalkan jabatan kepala pemerintahan atau politik. Seorang yang memiliki tiga peran kekhilafan tersebut (dzurriyah, Diniyah dan siasah) sekaligus adalah Khalifah Rasulullaah yang paling agung dan sempurna.
Dari tinjauan ini maka Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib adalah khalifaturrosul yang paling sempurna. Tetapi Berdasarkan ayat 40 surat Al Ahzab, yaitu:

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
 [Surat Al-Ahzab 40]
Yang artinya: tidaklah dia, Muhammad itu seorang ayah dari salah satu dari kalian, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Sedangkan Allah itu adalah maha mengetahui terhadap segala sesuatu".
Ayat tersebut mengisyaratkan agar kita mengetahui, bahwa jabatan terpenting Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Sedangkan jabatan sebagai ayah maupun sebagai kepala negara adalah jabatan -jabatan yang tidak esensial. Sehingga yang betul-betul perlu dilanjutkan dan membutuhkan Khalifah adalah fungsi kerasulannya.
Para pelanjut tugas kerasulan, adalah para ulama' pengajar dan pendidik keagamaan dan kerohanian. Rasulullah mengangkat dan mengutus pembimbing umat yang mewakili beliau (Khalifah), di tempat-tempat yang jauh dari Madinah, atau untuk waktu-waktu yang sulit bertemu dengan beliau. Para Khalifah itulah kepanjangan tangan beliau untuk mengajarkan agama Islam yang kaaffah. Yakni; iman, Islam dan Ihsan. Melalui kajian Al-Qur'an, hikmah dan tazkiyatun nafsi. Sebagai tugas utama seorang utusan Allah. Pembimbing umat yang demikian itulah yang disebut Mursyid. Dia adalah Khalifah Rasulullaah, atau khalifahnya, Khalifah, Khalifah dst. Khalifah Rasulullaah Saw. Sehingga para guru atau Wali Mursyid sampai dengan yang ada  sekarang ini pada dasarnya adalah Khalifah Rasulullaah yang hendaknya Sunnahnya diikuti oleh orang-orang yang beriman. Mereka, Para Mursyidun pasti memiliki sanad atau silsilah ke*khalifahan*nya yang sambung menyambung secara talaqqi (dengan pertemuan langsung antara guru-murid) sampai dengan Rasulullah Muhammad Saw. Inilah yang dimaksudkan oleh ayat 17 surat Al Kahfi. Dan al kholafa' Al Rosyidin oleh hadis nabi di depan, in syaa'a Allah.

Wallaahu a'lam bisshowaab.
Read more…

Kriteria dan Persyaratan Seorang Mursyid



Kriteria dan Persyaratan Seorang Mursyid
Oleh : Abduloh Kharisudin Aqib Al Kelutany


Wali Mursyid adalah Khalifah Rasulullaah yang Harus kita Ikuti Sunnah-sunnahnya

 ...ۗ مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۖ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا


..., Barang siapa yang Allah berikan petunjuk, maka dialah orang yang betul-betul mendapatkan petunjuk. Dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka kamu tidak akan mendapatkan 'Wali Mursyid' untuknya".(Surat Al-Kahfi 17)

Ayat tersebut mengisyaratkan agar kita:

1. Mengetahui bahwa ada tiga tiga macam manusia, yaitu; Al Muhtadi (yang betul-betul baik, karena mendapatkan hidayah Allah), mudhlil (betul-betul jelek, karena disesatkan oleh Allah), dan wali Mursyid (orang mendapatkan tugas dari Allah sebagai pembimbing umat), dan pelanjut tugas kerasulan.
2. Memahami dan menghayati penting posisi wali Mursyid dan bahayanya murka Allah yang berupa penyesatan terhadap kehidupan seseorang.
3. Senantiasa memohon petunjuk dan dipertemukan oleh Allah  dengan seorang guru Mursyid.

A. Pengetahuan Tentang Wali.

Secara bahasa wali (waliyyun) berarti berarti; pemimpin, teman dekat,  pengayom, pengasuh, pembimbing, atau kekasih, atau yang dikasihi, atau terbimbing. Sehingga ada istilah waliyullah, wali kota, wali murid,  waliyussyaiton, wali murod, wali Majdzub, wali songo, dll. Sehingga arti term Wali mengandung makna keseluruhan. Yaitu seseorang yang terkasih dan atau yang mengasihi,  terbimbing dan/membimbing,  terlindungi dan/melindungi. Oleh karena itu, waliyullah  dalam kajian ini berarti adalah orang yang dikasihi, dilindungi dan selalu dalam bimbingan Allah SWT. Kewalian adalah dasar dari jabatan spiritual, yang bertumpu diatasnya kenabian dan kerasulan. Sehingga pasca masa kerasulan nabi Muhammad Saw, sampai dengan akhir zaman yang ada hanyalah jabatan kewalian dengan karakteristik sebagai mana para nabi dan rasul terdahulu.
Waliyullah ada yang berkarakter seperti Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad dll. Disamping kesamaan karakteristik khusus antara para waliyullah dengan para Nabi dan Rasulullaah, juga adanya karakteristik khusus antara kewalian dan kenabian atau kerasulan. Hanya saja kwalitas dan ketajaman nya yang berbeda. Sebagai mana para nabi atau rasul, seorang waliyullah juga memiliki kelebihan yang luar biasa yang disebut karomah yang di kalangan nabi atau rasul disebut mu'jizat. Kalau para rasul atau nabi selalu mendapatkan penjagaan dari Allah yang dikenal dengan istilah ma'shum kalau wali disebut Mahfud.  Jika nabi atau rasul mendapatkan bimbingan atau firman  dari Allah langsung yang disebut Wahyu, maka bagi para wali disebut Ilham. Tetapi kaduanya memiliki perbedaan dalam hal, bahwa Nabi dan Rasulullaah harus mengumumkan kenabian dan atau kerasulannya, tetapi justru wali harus menyembunyikan kewaliannya.
Secara garis besar seseorang menjadi waliyullah melalui dua jalur; jalur murid dan jalur murod.
Dari jalur murid (seorang yang memiliki kehendak atau irodah) dan keinginan yang kuat untuk mendapatkan keridloan dan kecintaan Allah terhadap dirinya. Orang tersebut berjuang keras (mujahadah) dengan sabar dan istiqamah. Melaksanakan perintah Allah (yang wajib dan fardlu) bagi dirinya, berikut dengan segala sesuatu yang disenangi oleh Allah (Yg sunnah-sunnah). Meninggalkan yang dilarang (yang diharamkan), berikut dengan yang dibenci oleh Allah (yang makruh-makruh), dengan sangat disiplin dan penuh perhitungan. Serta melakukan yang boleh (mubah) dengan tidak berlebihan. Juga meninggalkan sesuatu yang munadzir dan sia-sia. Orang yang bisa istiqamah dalam pola hidup seperti ini, yang disebut waliyul Muttaqin atau wali murid. Yang bertaqwa diantara mereka itulah yang paling mulia disisi Allah SWT.
Mereka mengambil jalan hidup dan tradisi ahli shuffah (sahabat nabi yang mukim samping masjid Nabawi, dan meninggalkan kehidupan masyarakat pada umumnya. Mereka sehari-hari hanya menyertai nabi dalam, sholat berjamaah, ngaji kepada Nabi dan berjuang di jalan Allah.
Mereka itulah para murid tarekat yang secara istiqamah suluk (berjalan mencari ridlo Allah), dengan meninggalkan pola hidup mewah dan hidonistik.
Jalur yang kedua adalah jalur murod (dikehendaki oleh Allah) untuk dekat dan bisa istiqamah di dalam kenal  dan cinta kepada Allah. Orang ini kebanyakan adalah seorang wali Majdzub (wali yang tidak terikat hati dan kesadarannya dengan kehidupan duniawi), dia hampir sepenuhnya dalam kesadaran transendental. Yakni kesadaran dalam cinta dan Ma'rifah kepada Allah, kesadarannya tenggelam dalam keindahan, keagungan dan atau kemaha sempurnaan Allah SWT. Sehingga dia tidak bisa sempurna kesadarannya dengan lingkungan sekitar.
Guru pembimbingnya biasanya adalah rijalul ghoib (wali misterius, atau nabi Khidir).
Dan diantara wali murid dan wali murod, ada yang disebut wali Mursyid (waliyyan Mursyidan), dia adalah berasal dari wali murid yang mendapat tugas dari Allah melalui gurunya untuk menjadi penerus tugas kemursyidan gurunya. Sehingga setiap Mursyid adalah Khalifah dari guru Mursyid sebelumnya dan seterusnya sambung menyambung, sampai dengan Rasulullah Saw.
Sehingga dapat dikatakan, bahwa pada hakikatnya seorang Mursyid adalah Khalifah dari Rasulullah Saw. Sebagai Khalifatur Rasulullaah, maka seorang Mursyid haruslah seorang yang Kaamilun mukammilun.
Yang dimaksudkan dengan "kaamilun mukammilun" (sempurna lagi menyempurnakan) Adalah; seorang guru yang tlh mengikuti pendidikn kerohanian (suluk) dengan sempurna. Dalam pandangan guru Mursyidnya.
Memiliki karakter (Akhlak) mulia yang lengkap (Kamil) Sebagai cerminan al-Asma' Al Husna dan sifat wajib para rasul. Setidaknya lima asma' Al Husna, dan satu sifat wajib Rasullullah, yaitu: 'alim (pakar), rahim (penyayang), Halim (santun), hakim (bijaksana), Karim (murah hati), dan Amiin (terpercaya).  Serta berjiwa pendidik (murobbi) dan bisa mendidik, atau menguasai ilmu tarbiyah, serta mendapat mandat sebagai Mursyid oleh Mursyid sebelumnya.

Wallahu'a'lam bis showab
Read more…

Belajar Tasawuf Versi Para Sufi


Belajar Tasawuf Versi Para Sufi
Oleh : Abdulloh  Kharisudin Aqib


A. Tujuan belajar ilmu tasawuf adalah agar menjadi seorang sufi.

Yaitu orang yang 'suci' hatinya dari sifat-sifat dan karakter yang tercela. Bahkan berakhlak mulia sebagai mana dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Sehingga menjadi orang yang Ridlo kepada Allah, dan diridhoi oleh Allah SWT.
Belajar Tasawuf juga bertujuan untuk menyempurnakan keagamaan dan  keislaman yang utuh dan menyeluruh. Atau Islam yang kaaffah. Keislaman yang memiliki tiga dimensi sekaligus, yakni; aqidah, ibadah dan akhlak. Aqidah dipelajari dalam ilmu tauhid, ibadah dalam ilmu syariat dan Akhlak dalam ilmu tasawuf. Sehingga agar keislaman menjadi sempurna, maka dia harus belajar Tasawuf.

B. Tatacara belajar Tasawuf.

1. Mencari guru pembimbing (Mursyid).
Mencari guru pembimbing dengan cara memohon petunjuk kepada Allah  sebagai mana  Rasulullaah, sehingga  Allah memberikan pembimbing beliau Malaikat Jibril.  Atau seperti para sahabat, misalnya Salman Al farisi, yang mengembara untuk mencari guru dan kemudian ketemu dengan Rasulullaah.
Guru pembimbing atau Mursyid haruslah orang yang memiliki sanad dan silsilah keilmuan dan keberkahan yang bersambung dengan Rasulullaah. Dengan kata lain, beliau adalah kepanjangan tangan visi dan misi pendidikan dan dakwah Rasulullah SAW.
Guru pembimbing haruslah berangkat dari seorang murid, yang telah lulus dan tuntas mengikuti pendidikan 'formal' oleh guru Mursyid sebelumnya. Sehingga dia seorang yang sempurna dalam hal Akhlak dan kepribadian nya.
Seorang guru pembimbing (Mursyid) yang dipilih adalah seorang murid yang diberikan tugas atau otoritas mutlat oleh gurunya untuk menjadi pembimbing umat.
Seorang guru pembimbing tidak mengajarkan suatu ajaran yang bertentangan dengan syariat Islam dan atau Sunnah Rasulullah sebagai Mursyid agung yang sesungguhnya.
2. Berbai'at Kepada Guru Mursyid.
Setelah menemukan guru Mursyid yang sesuai dengan kriteria tersebut, sebaiknya segera berbai'at kepadanya. Berbai'at dalam arti menyatakan setia untuk menjadi seorang murid yang baik. Bai'atan khofiyah (secara sembunyi2) atau bai'atan jahriyah (secara terang-terangan atau terbuka). Baiat untuk selalu ta'at untuk menjadi murid yang Shodiq. Baiat merupakan pengunci ikatan hubungan Ruhani antara murid dan guru. Baru setelah itu guru Mursyid memberikan talqin (bimbingan teknis dzikrullah).

3. Berguru kepada Guru Mursyid.
Berguru kepada guru Mursyid adalah:
- Dengan cara mengamalkan bimbingan Dzikir dan amalan-amalan keruhanian yang diajarkannya, dengan yakin dan penuh harap.
- Mendengarkan pengajaran ilmu2 serta hikmah2 kehidupan yang disampaikan dengan penuh khusyu' dan berharap untuk bisa mengamalkannya.
-Serta berguru dalam arti meniru tindak-tanduk (Akhlak dan kepribadian) nya dengan senang hati dan bangga.

4. Berkhidmat kepada Guru Mursyid.
Seorang murid harus ada niat dan upaya untuk berkhidmat kepada guru Mursyidnya,  khususnya membantu beliau dalam usaha-usaha perjuangannya. Perjuangan dalam meninggikan kalimat Allah dan meratakan rahmat-Nya bagi seluruh alam.
Berkhidmat kepada guru Mursyid sebaiknya adalah berdasarkan kesadaran kita untuk berkontribusi (urunan) dalam mensukseskan program perjuangan beliau dan keridloan beliau terhadap diri seorang murid atau Salik. Dengan jiwa raga dan harta benda. Sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh seorang murid atau Salik.

5. Beradab kepada Guru Mursyid.
Seorang mutashawwif (orang yang belajar Tasawuf) harus senantiasa menjaga adab kepada guru Mursyidnya, sebagai mana para sahabat kepada Rasulullah Saw. Baik dalam berbai'at, belajar, berkhidmat berkomunikasi sehari-hari. Karena memang hubungan murid dengan Mursyid adalah manifestasi atau perwujudan adanya hubungan antara para sahabat dengan Rasulullaah. Mursyid berperan sebagai mana Rasulullaah dan murid berperan sebagai para sahabatnya.
Di antara adab seorang murid kepada Mursyidnya adalah;
a. Secara  batin.
- Selalu berhusnudhon (berprasangka baik).
-  Selalu menjaga mahabbah (cinta) sebagai orang tua ruhani.
- Selalu ta'dhim (mengagungkan), Ikrom (memuliakan) diri dan keluarganya.
b. Secara dhohir.
-  Mengistimewakan dalam pelayanan dan perlakuan.
- Mendahulukan dan menomorsatukan.
- Menggunakan bahasa yang indah, rendah dan berfaedah.
- Menjaga perasaan, harga diri dan kehormatan diri, harta dan keluarganya.

C. Manfaat Belajar Tasawuf.

Jika seseorang orang belajar Tasawuf dengan cara-cara para sufi tersebut dengan baik dan istiqamah,  maka seseorang akan mendapatkan diantara manfaat-manfat berikut:
1. Akan terjadi proses perjalanan Ruhani taroqqi (proses naik), dan dia akan mengalami perubahan karakter dan kelas spiritual (maqomat dan ahwal), sehingga terbentuk Akhlak mulia sebagai mana yang dicita-citakan oleh Rasulullaah Saw.
2. Akan terjadi proses pendewasaan diri.Hal itu terjadi karena kecerdasan emosional dan spiritualnya semakin semakin meningkat. Emosinya akan semakin tertata. Stabil, bisa sabar, syukur, pema'af dan toleran (lapang dada).
Kecerdasan spiritual akan meningkatkan. Kemampuan memaknai fenomena kehidupan, baik yang terjadi pada diri sendiri maupun yang terjadi pada alam sekitar, akan terus meningkat. Sehingga mampu membaca ayat-ayat Allah berupa apa saja. Baik ayat qauliyah (dalam kitab suci), insaniyah (kehidupan sosial), maupun kauniyah (alam semesta), dengan baik. Sehingga dia menjadi manusia yang pluralis-transendental (menyaksikan kemahaesaan Allah dalam keragaman di alam semesta.
3. Akan terjadi tajalliyatullaah dalam dirinya.
Karakter Allah dalam Al Asma' Al Husna dalam jiwa seseorang yang dengan sabar dan istiqamah belajar Tasawuf dengan cara para sufi tersebut. Dia akan menjadi seorang yang sangat: pengasih, Penyayang, Suci, sejahtera dan seterusnya.
4. Menggapai bahagia yang hakiki dan abadi.
Bahagia yang hakiki yaitu bahagia yang benar-benar menyentuh jiwa. Kedamaian jiwa yang tidak tercampuri rasa takut dan gelisah. Sedangkan kebahagiaan abadi yang dimaksudkan adalah kebahagiaan yang berkelanjutan mulai dari dunia sampai di alam keabadian (alam baqa').
5. Mencapai Puncak Spiritualitas (Mahabbah dan Ma'rifah).
Dengan istiqomah belajar Tasawuf dengan cara para sufi,  seseorang akan mencapai puncak spiritualitas yang disebut Mahabbah dan Ma'rifah (cinta- kenal), cinta kepada Allah dan dicintai oleh Allah. Mengenal diri sendiri dan mengenal Allah juga dikenal oleh Allah.
Read more…

Tatacara mandi taubat dan sholat taubat.


Tatacara mandi taubat dan sholat taubat.
1. Mandi taubat

a. Berniat :  saya berniat mandi dalam rangka bertaubat kepada Allah dari semua dosa saya karena Allah.
b. Meratakan air ke seluruh tubuh, mulai dari ubun2 sampai ujung kaki berikut dengan bagian yang tersembunyi.
Catatan: sebaiknya mandi taubat tidak menggunakan sabun dan sampo. Cukup digosok-gosok,  Serta didahului dengan wudlu.


2. Sholat Taubat

a. Niat sholat:
Saya niat sholat , dalam rangka taubat atas segala dosa, dua rokaat karena Allah.
b. Takbir dan seterusnya seperti biasanya.
c. Surat yang dibaca; rokaat pertama idzaa jaa'a Nasrullah. Dan rokaat kedua surat Al ikhlas.
d. Setelah salam membaca istighfar: (astaghfirullaahal 'adhiim, Alla dzii laa ilaaha Illa hual hayyul qoyyuum wa atuubu ilaih, taubata 'abdin dholimiin laa yamliku Li nafsihi dhorron wa laa naf'an Walaa Mautan wa laa hayaatan wa laa nusyuuroo )11×
Read more…

Pengalaman dzikrullah Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah


Pengalaman dzikrullah Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah

Oleh : Abdulloh kharisudin Aqib


A. Dzikir jahr (bersuara), dengan kalimat 'laa ilaaha Illa Allah' 165× setiap selesai shalat lima waktu. (Tehnik membaca ditalqilkan). Sebelum dzikrullah tsb membaca:
1. Astaghfirullaahal ghofuururrohiim 3×
2. Allahumma shalli 'alaa sayyidina Muhammadin wa 'alaa aali sayyidina Muhammad....3x, yang ke tiga ditambah ...kata wa shahbihi wa baarik wa sallim ajma'iin.
3. Robithah...,
Terus dzikir seperti yang telah ditalqilkan.
4. Do'a dimulai dengan sholawat munjiat. Yaitu:
 اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَهْوَالِ وَالْآفَاتِ، وَتَقْضِي لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ، وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ، وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ، وَتُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِى الْحَياتِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ ***)
Dan seterusnya do'a....
B. Dzikir Sirri (tidak bersuara). Dengan kalimat dzikir ,Allah, Allah, Allah.... Sekitar 5000× dalam waktu 24 jam. Waktunya bebas, bisa dikredit dan bisa dilakukan sekaligus.
Sebelum dzikrullah seperti yang telah ditalqilkan, kita harus :
1. Membaca surat Al Fatihah setidaknya untuk: Rasulullaah Saw, para keluarga dan sahabat2 nya.., para dan Masyayikh2 nya, khususnya Syekh Abdul Qadir Jailani dan Abul Qosim Junaidi Al Baghdadi.., para bapak/ibu kita dan semua orang-orang Islam...
2. Istighfar: Astaghfirullaha Robby min kulli dzanbin wa atuubu ilaiik...3×
3. Surat Al ikhlas 3×
4. Sholawt Ibrohim 1×
5. Robithah...
6. Dzikirullah dengan tehnik seperti yang telah ditalqilkan.....
7. Mengakhiri dzikrullah seraya munajat:  ilaahiiy anta maqshudiiy wa ridhoka mathluubiiy, a'thiniiy mahabbataka wa ma'rifataka.. (Tuhanku... Engkaulah yang aku maksudkan, dan keridhoan-Mulah yang aku cari.., maka berilah aku cinta-Mu dan pengenalan diri-Mu).
Robithah: selintas mengikat hati dan ingatan dengan guru pembimbing dzikir kita... beberapa detik. Sebagai imam dan guru kita.
Kedua Dzikir tersebut dilakukan dengan istiqamah dengan tujuan untuk mensucikan jiwa, agar bisa diterima menghadap Allah swt dengan kondisi jiwa yang suci (suci dari sifat dan Akhlak tercela, seperti; nifaq, hasut, dengki, bakhil, takabur dll). Serta memiliki Akhlak yang terpuji (seperti: ikhlas, ridho, shabar, syukur, Zuhud, waro' dll sifat dan Akhlak terpuji).



Adab dan tatakrama dalam mengamalkan dzikir:

A. Pra dzikir
1. Bersuci dari hadas kecil dan hadas besar.
2. Bersuci dari najis, badan, pakaian- bawaan dan tempat.
3. Berpakaian yang suci, menutup aurat, sopan (kalau bisa yang bagus dan harum).

B. Pelaksanaan Dzikir:
1. Niat membersihkan jiwa dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
2. Menghadap kiblat
3. Menghayati diri berada di hadapan  kemahabesaran Allah.
4. Mengikuti bimbingan guru Mursyid.

C. Pasca Dzikir
1. Menutup dzikirnya dengan do'a-do'a.
2. Tidak tergesa-gesa meninggalkan Majelis dzikir.
3. Tidak tergesa-gesa minum atau makan.
4. Memperbanyak munajat " ilaahiiy anta maqshudii wa ridloka mathluubiiy, a'thiniiy mahabbataka wa ma'rifataka ".
Read more…

SHOLAWAT ULUL ALBAB