Belajar Tasawuf Versi Para Sufi
Oleh : Abdulloh Kharisudin Aqib
A. Tujuan belajar ilmu tasawuf adalah agar menjadi seorang
sufi.
Yaitu orang yang 'suci' hatinya dari sifat-sifat dan
karakter yang tercela. Bahkan berakhlak mulia sebagai mana dicontohkan oleh
Rasulullah Saw. Sehingga menjadi orang yang Ridlo kepada Allah, dan diridhoi
oleh Allah SWT.
Belajar Tasawuf juga bertujuan untuk menyempurnakan
keagamaan dan keislaman yang utuh dan
menyeluruh. Atau Islam yang kaaffah. Keislaman yang memiliki tiga dimensi
sekaligus, yakni; aqidah, ibadah dan akhlak. Aqidah dipelajari dalam ilmu
tauhid, ibadah dalam ilmu syariat dan Akhlak dalam ilmu tasawuf. Sehingga agar
keislaman menjadi sempurna, maka dia harus belajar Tasawuf.
B. Tatacara belajar Tasawuf.
1. Mencari guru pembimbing (Mursyid).
Mencari guru pembimbing dengan cara memohon petunjuk kepada
Allah sebagai mana Rasulullaah, sehingga Allah memberikan pembimbing beliau Malaikat
Jibril. Atau seperti para sahabat,
misalnya Salman Al farisi, yang mengembara untuk mencari guru dan kemudian
ketemu dengan Rasulullaah.
Guru pembimbing atau Mursyid haruslah orang yang memiliki
sanad dan silsilah keilmuan dan keberkahan yang bersambung dengan Rasulullaah.
Dengan kata lain, beliau adalah kepanjangan tangan visi dan misi pendidikan dan
dakwah Rasulullah SAW.
Guru pembimbing haruslah berangkat dari seorang murid, yang
telah lulus dan tuntas mengikuti pendidikan 'formal' oleh guru Mursyid
sebelumnya. Sehingga dia seorang yang sempurna dalam hal Akhlak dan kepribadian
nya.
Seorang guru pembimbing (Mursyid) yang dipilih adalah
seorang murid yang diberikan tugas atau otoritas mutlat oleh gurunya untuk
menjadi pembimbing umat.
Seorang guru pembimbing tidak mengajarkan suatu ajaran yang
bertentangan dengan syariat Islam dan atau Sunnah Rasulullah sebagai Mursyid
agung yang sesungguhnya.
2. Berbai'at Kepada Guru Mursyid.
Setelah menemukan guru Mursyid yang sesuai dengan kriteria
tersebut, sebaiknya segera berbai'at kepadanya. Berbai'at dalam arti menyatakan
setia untuk menjadi seorang murid yang baik. Bai'atan khofiyah (secara
sembunyi2) atau bai'atan jahriyah (secara terang-terangan atau terbuka). Baiat
untuk selalu ta'at untuk menjadi murid yang Shodiq. Baiat merupakan pengunci
ikatan hubungan Ruhani antara murid dan guru. Baru setelah itu guru Mursyid memberikan
talqin (bimbingan teknis dzikrullah).
3. Berguru kepada Guru Mursyid.
Berguru kepada guru Mursyid adalah:
- Dengan cara mengamalkan bimbingan Dzikir dan amalan-amalan
keruhanian yang diajarkannya, dengan yakin dan penuh harap.
- Mendengarkan pengajaran ilmu2 serta hikmah2 kehidupan yang
disampaikan dengan penuh khusyu' dan berharap untuk bisa mengamalkannya.
-Serta berguru dalam arti meniru tindak-tanduk (Akhlak dan
kepribadian) nya dengan senang hati dan bangga.
4. Berkhidmat kepada Guru Mursyid.
Seorang murid harus ada niat dan upaya untuk berkhidmat
kepada guru Mursyidnya, khususnya
membantu beliau dalam usaha-usaha perjuangannya. Perjuangan dalam meninggikan
kalimat Allah dan meratakan rahmat-Nya bagi seluruh alam.
Berkhidmat kepada guru Mursyid sebaiknya adalah berdasarkan
kesadaran kita untuk berkontribusi (urunan) dalam mensukseskan program
perjuangan beliau dan keridloan beliau terhadap diri seorang murid atau Salik.
Dengan jiwa raga dan harta benda. Sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang
dimiliki oleh seorang murid atau Salik.
5. Beradab kepada Guru Mursyid.
Seorang mutashawwif (orang yang belajar Tasawuf) harus
senantiasa menjaga adab kepada guru Mursyidnya, sebagai mana para sahabat
kepada Rasulullah Saw. Baik dalam berbai'at, belajar, berkhidmat berkomunikasi
sehari-hari. Karena memang hubungan murid dengan Mursyid adalah manifestasi
atau perwujudan adanya hubungan antara para sahabat dengan Rasulullaah. Mursyid
berperan sebagai mana Rasulullaah dan murid berperan sebagai para sahabatnya.
Di antara adab seorang murid kepada Mursyidnya adalah;
a. Secara batin.
- Selalu berhusnudhon (berprasangka baik).
- Selalu menjaga
mahabbah (cinta) sebagai orang tua ruhani.
- Selalu ta'dhim (mengagungkan), Ikrom (memuliakan) diri dan
keluarganya.
b. Secara dhohir.
- Mengistimewakan
dalam pelayanan dan perlakuan.
- Mendahulukan dan menomorsatukan.
- Menggunakan bahasa yang indah, rendah dan berfaedah.
- Menjaga perasaan, harga diri dan kehormatan diri, harta
dan keluarganya.
C. Manfaat Belajar Tasawuf.
Jika seseorang orang belajar Tasawuf dengan cara-cara para
sufi tersebut dengan baik dan istiqamah,
maka seseorang akan mendapatkan diantara manfaat-manfat berikut:
1. Akan terjadi proses perjalanan Ruhani taroqqi (proses
naik), dan dia akan mengalami perubahan karakter dan kelas spiritual (maqomat
dan ahwal), sehingga terbentuk Akhlak mulia sebagai mana yang dicita-citakan
oleh Rasulullaah Saw.
2. Akan terjadi proses pendewasaan diri.Hal itu terjadi
karena kecerdasan emosional dan spiritualnya semakin semakin meningkat.
Emosinya akan semakin tertata. Stabil, bisa sabar, syukur, pema'af dan toleran
(lapang dada).
Kecerdasan spiritual akan meningkatkan. Kemampuan memaknai
fenomena kehidupan, baik yang terjadi pada diri sendiri maupun yang terjadi
pada alam sekitar, akan terus meningkat. Sehingga mampu membaca ayat-ayat Allah
berupa apa saja. Baik ayat qauliyah (dalam kitab suci), insaniyah (kehidupan
sosial), maupun kauniyah (alam semesta), dengan baik. Sehingga dia menjadi
manusia yang pluralis-transendental (menyaksikan kemahaesaan Allah dalam
keragaman di alam semesta.
3. Akan terjadi tajalliyatullaah dalam dirinya.
Karakter Allah dalam Al Asma' Al Husna dalam jiwa seseorang
yang dengan sabar dan istiqamah belajar Tasawuf dengan cara para sufi tersebut.
Dia akan menjadi seorang yang sangat: pengasih, Penyayang, Suci, sejahtera dan
seterusnya.
4. Menggapai bahagia yang hakiki dan abadi.
Bahagia yang hakiki yaitu bahagia yang benar-benar menyentuh
jiwa. Kedamaian jiwa yang tidak tercampuri rasa takut dan gelisah. Sedangkan
kebahagiaan abadi yang dimaksudkan adalah kebahagiaan yang berkelanjutan mulai
dari dunia sampai di alam keabadian (alam baqa').
5. Mencapai Puncak Spiritualitas (Mahabbah dan Ma'rifah).
Dengan istiqomah belajar Tasawuf dengan cara para sufi, seseorang akan mencapai puncak spiritualitas
yang disebut Mahabbah dan Ma'rifah (cinta- kenal), cinta kepada Allah dan
dicintai oleh Allah. Mengenal diri sendiri dan mengenal Allah juga dikenal oleh
Allah.