Adab di Dalam Masjid

Adab di Dalam  Masjid
Oleh : Abdulloh Kharisudin Aqib Al Kelutani

Masjid Adalah "Rumah" Allah  atau rumah khusus untuk menghadap dan bertemu dengan Allah SWT, Maka kita harus beradab dengan baik, yaitu :
1. Niat i'tikaf (ibadah dengan dzikrullah, baca Alquran dll).
2. Melangkah masuk dimulai dengan kaki kanan, dengan penuh khusyuk dan tadhorru' (merendahkan diri sendiri di hadapan Allah SWT.)
3. Seraya selalu berdoa;
اللهم افتح لي ابواب رحمتك، وعزائم مغفرتك ، وسلامة من كل إثم ، وغنيمة من كل بر، والفوز بالجنة ، والنجاة من النار. برحمتك يا ارحم الراحمين
4. Sholat tahiyatal masjid 2 rokaat. Sholat-sholat wajib atau Sunnah
5. Dzikrullah: dengan kalimat-kalimat thayyibat, dzikrullah Sirri, jahri, berdoa dan munajat atau baca Al Quran dan Tafakur.
6. Diskusi dan mudzakarah ttg ilmu, perjuangan dan agama.
7. Tidak membicarakan kesenangan duniawi, dan bisnis pribadi, atau gurauan serta kesia-siaan.
8. Menjaga sikap badan yang baik; tidak tidur atau tidur-tiduran, tidak duduk sembarangan, seperti selonjoran ke arah kiblat, jongkok dengan membuka aurat.
9. Tidak melewati hadapan orang yang lagi dzikrullah, sholat dan berdoa. Kecuali di luar batas sujudnya.
10. Tidak makan dan minum, kecuali dengan tetap menjaga adab dan kebersihan.
11. Mengenakan pakaian yang baik, sopan, suci dan indah.
Warna putih, atau tidak bertulis, berlukis.
12. Mengenakan perhiasan (serban, kopyah, cincin, arloji) dan juga memakai parfum.


Madinah, 10 September 2018,
Abdulloh Kharisudin Aqib Al Kelutani
Read more…

Sufisme Ibadah Haji

Sufisme Ibadah Haji
Oleh: Abdullah Kharisudin Aqib.



Yang dimaksud dengan sufisme ibadah haji adalah sebuah penghayatan terhadap hakekat dan makna yang terkandung dalam perjalanan dan Amaliah rukun Islam yang ke lima (ibadah haji).
Haji (Al Hajji) adalah sebuah perjalanan yang sengaja dilakukan dalam rangka memenuhi perintah dan panggilan Allah SWT untuk melakukan ritual (manasik) tertentu sebagai perwujudan penghambaan diri seseorang kepada Allah SWT.

Oleh karena itu orang-orang yang melakukan ibadah haji adalah para tamu Allah (dhuyuufurrohmaan). Sebagai calon para tamu Allah, seorang yang akan melaksanakan ibadah haji harus mempersiapkan diri dengan baik, diantara nya :
1. Persiapkan pakaian terbaik ( libasut taqwa).
2. Membersihkan jiwa (tazkiyatun nafsi).
3. Memakai baju terbaik dan terbaru.
4. Berjalan menuju ke baitullah dengan penuh semangat dan harapan dan kerinduan.

1. Menyiapkan "Pakaian" Terbaik.
Pakaian terbaik bagi Ruhani kita adalah taqwallaah. Dan untuk bisa mencapainya kita harus mengkaji dan belajar tentang ilmu-ilmu pokok agama Islam (ilmu Ushuluddin) dengan baik dan benar. Setidaknya kita belajar ilmu tauhid, ilmu syariat dan ilmu tasawuf. Karena memang akidah, syariah dan akhlak kita harus benar. Mengerti siapa Tuhan kita, dan harus tahu bagaimana kita harus beribadah, menyembah serta berakhlak kepada-Nya.
2. Membersihkan jiwa
Pada hakikatnya, berhaji adalah mengantarkan jiwa untuk mendatangi panggilan Tuhannya. Agar pantas dan bisa diterima oleh Allah sebagai tamunya Yang Maha Mulia, jiwa kita harus kita bersihkan dan kita mandikan dengan serius (tazkiyatun nafsi). Kita bersihkan dari 'noda hitam' dan dosa-dosa yang berbau busuk dan beraura suram. Noda hitam yang berupa egoisme dan kesombongan baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan. Noda hitam yang berupa kekufuran dan kemusyrikan serta kemunafikan. Yang senantiasa menyertai kita baik siang maupun malam. Juga noda hitam yang berupa hubbuddun-ya, iri hati dan kedengkian. Yang juga seringkali menempel di relung hati yang paling dalam.


 Ini pergerakan pengasahan kecerdasan spiritual menjadi makarimal akhlaq.

Ini keseluruhan perjalanan ibadah haji.
3. Menyiapkan Pakaian Terbaik (Pakaian Taqwa).
Agar ketaqwaan kita menjadi sempurna (dhohir dan batin), maka penting diperhatikan ilmu agama Islam yang merupakan inti ajarannya yaitu; ilmu tauhid, ilmu syariat dan ilmu tasawuf. Agar dapat melaksanakan ajaran Islam (perintah dan larangan Allah SWT) berikut dengan anjuran-anjurannya, dengan keyakinan dan penghayatan yang benar. Serta bisa berakhlak dan bersikap yang mulia, baik dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia maupun dan alam sekitarnya. Wujud dari persiapan pada pakaian adalah pembiasaan pada kebiasaan dan akhlak dhohir manusia. Sehingga taqwallaah menjadi sesuatu sesuatu yang melekat pada diri kita.
4. Mandi Lil Ihrom
Persiapan secara fisik yang berupa mandi ini, sangat penting untuk meneguhkan dan menegaskan hati, bahwa kita akan sowan menghadap kepada Allah SWT yang maha kuasa. Kita harus bersih, suci dan bahkan harus harum dan wangi. Kalau bisa sebelum mengguyurkan air mandi Lil ihrom ini, didahului dengan mandi taubat. Taubat dari segala macam dosa dan moda. Sehingga keberangkatannya menuju panggilan Allah SWT benar-benar telah bersih dan suci, baik pada badan jasmani maupun badan rohani.
5. Memakai Baju Ihram.
Baju Ihram adalah perwujudan dari pakaian taqwa kita, juga adalah perwujudan dari pakaian para malaikat dan para ruh suci. Warna putih pakaian ihram ihrom adalah wujud fisik gambar cahaya malaikati yang suci dan murni. Sedangkan dua helai nya adalah lambang penutup jasmani dan rohaninya, sekaligus melindungi dan menutupi aurat (bagian bawah tubuh) dan Asrar (rahasia dan kehormatan) bagian dada manusia. Sedangkan tidak bolehnya memakai pakaian yang berjait sebagai isyarat tidak bolehnya ada rekayasa dan manipulasi diri dalam menghap ilahi.
6. Selalu Membaca Talbiyah.
Talbiyah atau ungkapan 'labbaiik Allahumma labbaiik' adalah sahutan ruh seorang hamba Allah atas panggilan Tuhannya. Talbiyah ini penting untuk selalu dibaca oleh seorang yang berangkat menuju baitullah. Hal ini dimaksudkan agar jiwa seseorang tidak terkecoh oleh panggilan nafsu badaniyahnya. Seperti untuk kepentingan nafsu syahwatnya untuk dipuji orang, untuk mendapatkan keuntungan materi harga diri, kesuksesan dan lain-lain. Sehingga berangkat haji nya tidak ikhlas (murni) karena Allah.
Dengan pembacaan Talbiyah yang lengkap
لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك، إن الحمد والنعمة لك والملك ، لا شريك لك.

Dengan penuh semangat dan penghayatan yang mendalam seseorang akan dapat melaksanakan ibadah haji tersebut dengan baik dan benar (murni karena Allah, tidak bercampur dengan kepentingan hawa nafsu), yang disebut dengan istilah haji mabrur.
7. Thowaf Qudum
Thowaf Qudum ini ibaratnya seperti sholat tahiyatal masjid atau laporan kehadiran seorang seorang tamu Yang Maha Mulia. Dengan thowaf ini seorang haji telah termandikan rohani nya dengan Nurullah (sinyal-sinyal ilahiah) yang terpancar melalui tower agung (baitullah). Apalagi jika towaf ini dilakukan dalam paket lengkap umroh wajib sebagai bagian dari paket haji tamattu'.
8. Wukuf di Arafah
Wukuf atau berdiam diri di Padang Arafah adalah prosesi pertemuan dan perkenalan (ta'aruf) antara para tamu (para haji) dengan tuan rumah (Al Rahman). Karena Arofah memang bermakna 'makaanun litta'aaruf' (tempat untuk perkenalan). Para haji harus mengheningkan cipta mulai bakda dhuhur sampai Maghrib tgl 9 dhulhijjah di padang Arafah ini, agar dirinya mengenal dirinya sendiri dan juga mengenal Tuhannya dengan baik (ma'rifah). Dengan ma'rifah itu para haji lebih segar Ruhaniah nya.
10. Mabit (bermalam) di Muzdalifah.
Muzdalifah adalah tempat untuk para haji lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Lebih menghayati sifat-sifat dan akhlak-Nya, sehingga terjadi proses internalisasi sifat-sifat ketuhanan dalam diri seorang hamba Allah dan Khalifah-NYA. Sifat-sifat Allah yang mereka telah 'kenal' selama di Padang Arafah.
11. Mabit (bermalam) di Mina.
Mina adalah tempat bagi para haji atau tamu Allah untuk ber 'tamanni' (berangan-angan), khususnya untuk rencana tindak lanjut setelah menunaikan ibadah haji. Menyusun rencana kerja dan daftar keinginan untuk nanti diajukan kepada Allah SWT, ketika kembali menghadap Allah SWT di pelataran rumah-NYA (Baitullah). Setelah prosesi 'romyul jamaraat' (melempar tiga jumrah).
Tempat wuquf dan mabit itu semua adalah merupakan tempat syi'ar keberadaan Allah SWT (masy'aril harom). Tempat-tempat pusat sinyal Allah (Nurullah), yang sangat penting untuk meneguhkan hati dan keimanan seseorang. Sehingga di tiga tempat itulah (Arofah, Muzdalifah dan Mina), jiwa seseorang ditempa dan dididik agar menjadi tercerahkan dan dewasa. Sebagai persyaratan bagi para pelanjut perjuangan Rasulullah Saw. Para da'i dan tokoh pemimpin dan pengayom umat.
12. Melempar (Romyu) al-Jamaraat.
Melempar jamaraat (ula, wustha dan 'aqabah) dilakukan dengan cara berjalan kaki mulai dari tempat menginap (tenda) ke tempat tugu jamaraat. Berulang 4× pulang pergi, dari tenda ke jamaraat. Perjalanan menuju ke jamaraat mengisyaratkan sebuah perjuangan (jihad) yang harus dilakukan oleh seorang hamba yang menginginkan ke ridhoan Tuhannya. Khususnya perjuangan melawan setan-setan yang bersembunyi di dalam jamaraat nafsu. Yaitu nafsu amarah, lawwamah, dan nafsu mulhimah.
Melempar jumroh berarti menghancurkan jaringan setan sekaligus menyambung jaringan Allah Arrohman.
Batu kerikil yang tujuh (7) adalah perwujudan kristal-kristal kotoran dari tujuh lapisan jiwa manusia.Baik yang berupa pikiran buruk, kemaksiatan dan penyakit hati, yang harus dilemparkan kembali kepada setan, sehingga Allah ridho kepadanya.
رجما لإهلاك الشياطين،
ورجما لإرضاء الرحمن .
Suatu lemparan untuk menghancurkan setan-setan, dan sebuah lemparan untuk membanggakan ar-Rahman (Allah SWT).
Seorang haji harus betul-betul faham tentang bahayanya setan sebagai penghalang sukses dirinya untuk menggapai ridho Allah. Setan-setan yang bersembunyi dibalik nafsu amarah, lawwamah dan mulhimah dalam dirinya. Karena di balik nafsu tersebut tersembunyi tabiat rendah manusia, yakni kebinatang jinakkan, ke binatang buasan dan keiblisan. Melalui tabiat-tabiat tersebut setan-setan (baik jin maupun manusia), mempengaruhi jiwa manusia untuk tidak patuh dan taat kepada Allah SWT.
13. Thowaf Ifadhah
Perpindahan seseorang yang melaksanakan ibadah haji, dari mabit dan melempar jumroh menuju thawaf Ifadhah adalah berangkat menuju ke baitullah (pendopo agung Allah). Yang merupakan hotspot area spiritual. Dengan Ka'bah sebagai Mega towernya. Sinyal-sinyal terpancarkan selain dari Ka'bah sendiri, juga dari 'WiFi' besar yang dipasang di sekelilingnya. Seperti: rukun Yamani, Multazam, hijir Ismail, maqam Ibrahim, dan dua bukit di sebelahnya ( Shofa-marwah).
Thowaf Ifadhah dengan memutari Ka'bah 7x dengan arah kebalikan gerak putar jarum jam. Seseorang akan terisi energi spiritualnya dengan sinyal-sinyal ilahiah yang terpancar melalui baitullah (Ka'bah), energi baitullah adalah matsabatan Lin mas wal amna (menjadi tempat berkumpulnya orang banyak dan rasa aman). Sehingga seorang yang thawaf nya baik dan benar akan terbentuk pribadi bisa menjadi pengayom dan pelindung banyak orang.
Area Rukun Yamani dan Multazam merupakan area tempat berdoa untuk memancarkan sinar dan suara batin kepada Allah SWT sehingga resonansi suara batin kita (doa), yang telah sampai kepada pusat energi (Allah SWT) akan bersinergi dengan alam semesta yang terkait dengan doa dan harapan kita menjadi kenyataan (terkabulkan).
Sedangkan area Maqom Ibrahim (petilasan bekas tapak kaki suci Nabi Ibrahim), adalah area sholat, ibadah menyembah Allah SWT. Yang manfaat psikologisnya adalah tanha 'anil fakhsya' wal mungkar (mencegah dari perbuatan keji dan mungkar), disamping pembentukan kepribadian dan karakter Ibrahimiyah.
Yaitu karakter seperti nabi Ibrahim sang kekasih Allah (Khalilullah).
Aura sinyal (Nurullah) yang terpancar pada Maqom Ibrahim seharusnya mengisi setiap lapisan jiwa kita, sehingga menjadi seorang yang dermawan, patuh dan taat penuh hanya kepada Allah SWT. Mengutamakan perintah Allah diatas perintah yang lain-NYA, tidak pernah susah dan keberatan untuk menerima tugas dari Allah dan tidak makan (pagi-sore) kecuali bersama tamu.
Situs bi'ru zam-zam (sumur zam-zam), adalah situs atau petilasan (maqam), seorang putra idola, yang patuh kepada orangtuanya lagi santun (Halim). Mukjizat munculnya sumur zam-zam inilah yang menjadi sebab pertama kali dan utama dalam proses terkabulnya doa nabi Ibrahim as, merubah Makkah (lembah tandus berbatu), menjadi kota super metropolis. Sumur zam-zam sebagai Maqom Ismail sang anak idola.
Sikap mental dan akhlak mulia seorang anak idola (Nabiyullah Ismail as), ini seharusnya menjadi do'a, harapan dan sekaligus cita-cita setiap orang yang menunaikan ibadah haji. Dengan meminum airnya sumur zam-zam, diharapkan aura akhlak Ismail akan merasuk ke dalam jiwa dan raga kita semua. Disamping ilmu yang bermanfaat, Rizki yang luas dan bebas dari berbagai macam jenis penyakit.
14. Bukit Shafa dan Marwah.
Diantara syiar-syiar (lambang kebesaran) Allah SWT. Adalah bukit Shafa dan bukit Marwah.
Seorang yang melaksanakan ibadah haji harus mengerjakan Sa'i yaitu lari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwah bolak-balik sebanyak tujuh kali. Ritual ini (manasik) sa'i ini merupakan penanaman akhlak dan karakter unggul seorang ibu dan istri teladan, yakni Hajar istri nabi Ibrahim as, dan ibu Nabi Ismail as. Di samping pengabadian jasa-jasa monumental beliau. Nurullah (sinyal-sinyal ilahiah), yang terpancar dari bukit Shafa dan Marwah diharapkan mengisi seluruh lapisan jiwa manusia yang tujuh, dengan melakukan ibadah sa'i yang baik dan benar. Karakter seorang wanita Sholehah yang siap berkorban untuk keridhaan suami dan Tuhannya. Seorang ibu yang Sholihah yang siap berkorban untuk kehidupan anaknya dan keridhaan Tuhannya.
Sa'i hanya dilakukan untuk satu paket ibadah haji dan umrah. Tidak disyariatkan melakukan ibadah sa'i tersendiri. Karena secara psikologis penanaman nilai-nilai keibuan dibutuhkan sebagai nilai pelengkap dalam kehidupan, sedangkan nilai utama yang harus diperhatikan dan dibangun adalah nilai kebapakan, yang terpancar dari Ka'bah (matsabatan Lin naas wal amna) dan maqam Ibrahim (loyal kepada Allah, sportif dan dermawan).
Dengan melakukan thawaf (mengelilingi Ka'bah 7× putaran) dan sholat (shalat dan munajat) di maqam Ibrahim.
Matsabatan Lin naas wal amna = mengayomi dan melindungi masyarakat.
15. Tahallul
Tatacara penyelesaian ibadah haji dan umrah adalah dengan istilah tahallul (proses penghalalan atau pembebasan), maksud nya pembebasan diri dari ikatan paket rangkaian kegiatan ibadah haji, sebagai mana SALAM pada ibadah shalat. Tahallul dalam ibadah haji dan umrah adalah dengan menggunting atau mencukur rambut kepala. Sebagai isyarat, bahwa seorang haji atau umrah adalah telah siap memotong rambut kedholiman dan kegelapan yang ada pada dirinya. Baik yang berupa kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan. Siap keluar, minadh dhulumaat ilan nur...
16. Tindak Lanjut Ibadah Haji dan Umroh
Tindak lanjut dari keberhasilan melaksanakan ibadah haji adalah meninggikan kalimat Allah dan meratakan rahmat-Nya bagi seluruh alam. Melanjutkan perjuangan Rasulullah Saw. Dengan berbekal ilmu ma'rifah (dari Arofah), semangat berjuang dari Mina untuk melempar jumroh nafsu yang tiga (amarah, lawwamah dan mulhimah) dengan dzikrullah sehingga bisa mengusir setan untuk menggapai ridho Allah SWT. Dengan berkarakter agung sebagai pengayom dan pelindung umat , seperti Ka'bah. berakhlak mulia seperti Ibrahim sang kekasih Allah (yang loyal taqwallaah, dan dermawan serta murah hati), berkarakter keibuan dan istri Sholehah seperti Siti Hajar, yang taat penuh kepada Allah dan suaminya. Dan berkarakter seperti Nabi Ismail sang anak Sholeh. Beberapa karakter unggul tersimpulkan dalam pribadi agung Rasulullah Muhammad Saw sang manusia sempurna (Al insan Al Kamil). Sehingga profil idial seorang Haji atau Hajjah adalah 'manusia sempurna' atau Insan Kamil tanpa AL.

Seorang haji selalu berjuang membangun bangsanya. Menjadi bagi lingkungan masyarakatnya. Menjadi Uswatun Hasanah bagi umatnya. Serta menjadi da'i untuk kaum dan komunitasnya.
Pribadi yang selalu menghiasi diri dengan delapan permata diri haji Indonesia.

GRAPIYAK.

G. Gemar berdzikir
R. Rajin belajar
A. Aktif kegiatan sosial.
P.  Pandai bergaul
I.  Ikhlas dalam berjuang dan berderma.
Y. Yakin dan mengamalkan firman-firman Allah.
A. Amanah dalam melaksanakan tugas-tugas.
K. Kreatif dan inovatif.



TTD.
Abdullah Kharisudin Aqib Al kelutani.
Read more…

SHOLAWAT ULUL ALBAB