Sufisme Ibadah Haji
Oleh: Abdullah Kharisudin Aqib.
Yang dimaksud dengan sufisme ibadah haji adalah sebuah penghayatan
terhadap hakekat dan makna yang terkandung dalam perjalanan dan Amaliah
rukun Islam yang ke lima (ibadah haji).
Haji (Al Hajji) adalah
sebuah perjalanan yang sengaja dilakukan dalam rangka memenuhi perintah
dan panggilan Allah SWT untuk melakukan ritual (manasik) tertentu
sebagai perwujudan penghambaan diri seseorang kepada Allah SWT.
Oleh
karena itu orang-orang yang melakukan ibadah haji adalah para tamu
Allah (dhuyuufurrohmaan). Sebagai calon para tamu Allah, seorang yang
akan melaksanakan ibadah haji harus mempersiapkan diri dengan baik,
diantara nya :
1. Persiapkan pakaian terbaik ( libasut taqwa).
2. Membersihkan jiwa (tazkiyatun nafsi).
3. Memakai baju terbaik dan terbaru.
4. Berjalan menuju ke baitullah dengan penuh semangat dan harapan dan kerinduan.
1. Menyiapkan "Pakaian" Terbaik.
Pakaian terbaik bagi Ruhani kita adalah taqwallaah. Dan untuk bisa
mencapainya kita harus mengkaji dan belajar tentang ilmu-ilmu pokok
agama Islam (ilmu Ushuluddin) dengan baik dan benar. Setidaknya kita
belajar ilmu tauhid, ilmu syariat dan ilmu tasawuf. Karena memang
akidah, syariah dan akhlak kita harus benar. Mengerti siapa Tuhan kita,
dan harus tahu bagaimana kita harus beribadah, menyembah serta
berakhlak kepada-Nya.
2. Membersihkan jiwa
Pada hakikatnya,
berhaji adalah mengantarkan jiwa untuk mendatangi panggilan Tuhannya.
Agar pantas dan bisa diterima oleh Allah sebagai tamunya Yang Maha
Mulia, jiwa kita harus kita bersihkan dan kita mandikan dengan serius
(tazkiyatun nafsi). Kita bersihkan dari 'noda hitam' dan dosa-dosa yang
berbau busuk dan beraura suram. Noda hitam yang berupa egoisme dan
kesombongan baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan. Noda
hitam yang berupa kekufuran dan kemusyrikan serta kemunafikan. Yang
senantiasa menyertai kita baik siang maupun malam. Juga noda hitam yang
berupa hubbuddun-ya, iri hati dan kedengkian. Yang juga seringkali
menempel di relung hati yang paling dalam.
Ini pergerakan pengasahan kecerdasan spiritual menjadi makarimal akhlaq.
Ini keseluruhan perjalanan ibadah haji.
3. Menyiapkan Pakaian Terbaik (Pakaian Taqwa).
Agar ketaqwaan kita menjadi sempurna (dhohir dan batin), maka penting
diperhatikan ilmu agama Islam yang merupakan inti ajarannya yaitu; ilmu
tauhid, ilmu syariat dan ilmu tasawuf. Agar dapat melaksanakan ajaran
Islam (perintah dan larangan Allah SWT) berikut dengan
anjuran-anjurannya, dengan keyakinan dan penghayatan yang benar. Serta
bisa berakhlak dan bersikap yang mulia, baik dengan Allah SWT maupun
dengan sesama manusia maupun dan alam sekitarnya. Wujud dari persiapan
pada pakaian adalah pembiasaan pada kebiasaan dan akhlak dhohir manusia.
Sehingga taqwallaah menjadi sesuatu sesuatu yang melekat pada diri
kita.
4. Mandi Lil Ihrom
Persiapan secara fisik yang berupa
mandi ini, sangat penting untuk meneguhkan dan menegaskan hati, bahwa
kita akan sowan menghadap kepada Allah SWT yang maha kuasa. Kita harus
bersih, suci dan bahkan harus harum dan wangi. Kalau bisa sebelum
mengguyurkan air mandi Lil ihrom ini, didahului dengan mandi taubat.
Taubat dari segala macam dosa dan moda. Sehingga keberangkatannya menuju
panggilan Allah SWT benar-benar telah bersih dan suci, baik pada badan
jasmani maupun badan rohani.
5. Memakai Baju Ihram.
Baju Ihram
adalah perwujudan dari pakaian taqwa kita, juga adalah perwujudan dari
pakaian para malaikat dan para ruh suci. Warna putih pakaian ihram ihrom
adalah wujud fisik gambar cahaya malaikati yang suci dan murni.
Sedangkan dua helai nya adalah lambang penutup jasmani dan rohaninya,
sekaligus melindungi dan menutupi aurat (bagian bawah tubuh) dan Asrar
(rahasia dan kehormatan) bagian dada manusia. Sedangkan tidak bolehnya
memakai pakaian yang berjait sebagai isyarat tidak bolehnya ada rekayasa
dan manipulasi diri dalam menghap ilahi.
6. Selalu Membaca Talbiyah.
Talbiyah atau ungkapan 'labbaiik Allahumma labbaiik' adalah sahutan ruh
seorang hamba Allah atas panggilan Tuhannya. Talbiyah ini penting
untuk selalu dibaca oleh seorang yang berangkat menuju baitullah. Hal
ini dimaksudkan agar jiwa seseorang tidak terkecoh oleh panggilan nafsu
badaniyahnya. Seperti untuk kepentingan nafsu syahwatnya untuk dipuji
orang, untuk mendapatkan keuntungan materi harga diri, kesuksesan dan
lain-lain. Sehingga berangkat haji nya tidak ikhlas (murni) karena
Allah.
Dengan pembacaan Talbiyah yang lengkap
لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك، إن الحمد والنعمة لك والملك ، لا شريك لك.
Dengan penuh semangat dan penghayatan yang mendalam seseorang akan
dapat melaksanakan ibadah haji tersebut dengan baik dan benar (murni
karena Allah, tidak bercampur dengan kepentingan hawa nafsu), yang
disebut dengan istilah haji mabrur.
7. Thowaf Qudum
Thowaf
Qudum ini ibaratnya seperti sholat tahiyatal masjid atau laporan
kehadiran seorang seorang tamu Yang Maha Mulia. Dengan thowaf ini
seorang haji telah termandikan rohani nya dengan Nurullah (sinyal-sinyal
ilahiah) yang terpancar melalui tower agung (baitullah). Apalagi jika
towaf ini dilakukan dalam paket lengkap umroh wajib sebagai bagian dari
paket haji tamattu'.
8. Wukuf di Arafah
Wukuf atau berdiam diri
di Padang Arafah adalah prosesi pertemuan dan perkenalan (ta'aruf)
antara para tamu (para haji) dengan tuan rumah (Al Rahman). Karena
Arofah memang bermakna 'makaanun litta'aaruf' (tempat untuk perkenalan).
Para haji harus mengheningkan cipta mulai bakda dhuhur sampai Maghrib
tgl 9 dhulhijjah di padang Arafah ini, agar dirinya mengenal dirinya
sendiri dan juga mengenal Tuhannya dengan baik (ma'rifah). Dengan
ma'rifah itu para haji lebih segar Ruhaniah nya.
10. Mabit (bermalam) di Muzdalifah.
Muzdalifah adalah tempat untuk para haji lebih mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Lebih menghayati sifat-sifat dan akhlak-Nya, sehingga terjadi
proses internalisasi sifat-sifat ketuhanan dalam diri seorang hamba
Allah dan Khalifah-NYA. Sifat-sifat Allah yang mereka telah 'kenal'
selama di Padang Arafah.
11. Mabit (bermalam) di Mina.
Mina
adalah tempat bagi para haji atau tamu Allah untuk ber 'tamanni'
(berangan-angan), khususnya untuk rencana tindak lanjut setelah
menunaikan ibadah haji. Menyusun rencana kerja dan daftar keinginan
untuk nanti diajukan kepada Allah SWT, ketika kembali menghadap Allah
SWT di pelataran rumah-NYA (Baitullah). Setelah prosesi 'romyul
jamaraat' (melempar tiga jumrah).
Tempat wuquf dan mabit itu semua
adalah merupakan tempat syi'ar keberadaan Allah SWT (masy'aril harom).
Tempat-tempat pusat sinyal Allah (Nurullah), yang sangat penting untuk
meneguhkan hati dan keimanan seseorang. Sehingga di tiga tempat itulah
(Arofah, Muzdalifah dan Mina), jiwa seseorang ditempa dan dididik agar
menjadi tercerahkan dan dewasa. Sebagai persyaratan bagi para pelanjut
perjuangan Rasulullah Saw. Para da'i dan tokoh pemimpin dan pengayom
umat.
12. Melempar (Romyu) al-Jamaraat.
Melempar jamaraat (ula,
wustha dan 'aqabah) dilakukan dengan cara berjalan kaki mulai dari
tempat menginap (tenda) ke tempat tugu jamaraat. Berulang 4× pulang
pergi, dari tenda ke jamaraat. Perjalanan menuju ke jamaraat
mengisyaratkan sebuah perjuangan (jihad) yang harus dilakukan oleh
seorang hamba yang menginginkan ke ridhoan Tuhannya. Khususnya
perjuangan melawan setan-setan yang bersembunyi di dalam jamaraat nafsu.
Yaitu nafsu amarah, lawwamah, dan nafsu mulhimah.
Melempar jumroh berarti menghancurkan jaringan setan sekaligus menyambung jaringan Allah Arrohman.
Batu kerikil yang tujuh (7) adalah perwujudan kristal-kristal kotoran
dari tujuh lapisan jiwa manusia.Baik yang berupa pikiran buruk,
kemaksiatan dan penyakit hati, yang harus dilemparkan kembali kepada
setan, sehingga Allah ridho kepadanya.
رجما لإهلاك الشياطين،
ورجما لإرضاء الرحمن .
Suatu lemparan untuk menghancurkan setan-setan, dan sebuah lemparan untuk membanggakan ar-Rahman (Allah SWT).
Seorang haji harus betul-betul faham tentang bahayanya setan sebagai
penghalang sukses dirinya untuk menggapai ridho Allah. Setan-setan yang
bersembunyi dibalik nafsu amarah, lawwamah dan mulhimah dalam dirinya.
Karena di balik nafsu tersebut tersembunyi tabiat rendah manusia, yakni
kebinatang jinakkan, ke binatang buasan dan keiblisan. Melalui
tabiat-tabiat tersebut setan-setan (baik jin maupun manusia),
mempengaruhi jiwa manusia untuk tidak patuh dan taat kepada Allah SWT.
13. Thowaf Ifadhah
Perpindahan seseorang yang melaksanakan ibadah haji, dari mabit dan
melempar jumroh menuju thawaf Ifadhah adalah berangkat menuju ke
baitullah (pendopo agung Allah). Yang merupakan hotspot area spiritual.
Dengan Ka'bah sebagai Mega towernya. Sinyal-sinyal terpancarkan selain
dari Ka'bah sendiri, juga dari 'WiFi' besar yang dipasang di
sekelilingnya. Seperti: rukun Yamani, Multazam, hijir Ismail, maqam
Ibrahim, dan dua bukit di sebelahnya ( Shofa-marwah).
Thowaf Ifadhah
dengan memutari Ka'bah 7x dengan arah kebalikan gerak putar jarum jam.
Seseorang akan terisi energi spiritualnya dengan sinyal-sinyal ilahiah
yang terpancar melalui baitullah (Ka'bah), energi baitullah adalah
matsabatan Lin mas wal amna (menjadi tempat berkumpulnya orang banyak
dan rasa aman). Sehingga seorang yang thawaf nya baik dan benar akan
terbentuk pribadi bisa menjadi pengayom dan pelindung banyak orang.
Area Rukun Yamani dan Multazam merupakan area tempat berdoa untuk
memancarkan sinar dan suara batin kepada Allah SWT sehingga resonansi
suara batin kita (doa), yang telah sampai kepada pusat energi (Allah
SWT) akan bersinergi dengan alam semesta yang terkait dengan doa dan
harapan kita menjadi kenyataan (terkabulkan).
Sedangkan area Maqom
Ibrahim (petilasan bekas tapak kaki suci Nabi Ibrahim), adalah area
sholat, ibadah menyembah Allah SWT. Yang manfaat psikologisnya adalah
tanha 'anil fakhsya' wal mungkar (mencegah dari perbuatan keji dan
mungkar), disamping pembentukan kepribadian dan karakter Ibrahimiyah.
Yaitu karakter seperti nabi Ibrahim sang kekasih Allah (Khalilullah).
Aura sinyal (Nurullah) yang terpancar pada Maqom Ibrahim seharusnya
mengisi setiap lapisan jiwa kita, sehingga menjadi seorang yang
dermawan, patuh dan taat penuh hanya kepada Allah SWT. Mengutamakan
perintah Allah diatas perintah yang lain-NYA, tidak pernah susah dan
keberatan untuk menerima tugas dari Allah dan tidak makan (pagi-sore)
kecuali bersama tamu.
Situs bi'ru zam-zam (sumur zam-zam), adalah
situs atau petilasan (maqam), seorang putra idola, yang patuh kepada
orangtuanya lagi santun (Halim). Mukjizat munculnya sumur zam-zam inilah
yang menjadi sebab pertama kali dan utama dalam proses terkabulnya doa
nabi Ibrahim as, merubah Makkah (lembah tandus berbatu), menjadi kota
super metropolis. Sumur zam-zam sebagai Maqom Ismail sang anak idola.
Sikap mental dan akhlak mulia seorang anak idola (Nabiyullah Ismail
as), ini seharusnya menjadi do'a, harapan dan sekaligus cita-cita setiap
orang yang menunaikan ibadah haji. Dengan meminum airnya sumur zam-zam,
diharapkan aura akhlak Ismail akan merasuk ke dalam jiwa dan raga kita
semua. Disamping ilmu yang bermanfaat, Rizki yang luas dan bebas dari
berbagai macam jenis penyakit.
14. Bukit Shafa dan Marwah.
Diantara syiar-syiar (lambang kebesaran) Allah SWT. Adalah bukit Shafa dan bukit Marwah.
Seorang yang melaksanakan ibadah haji harus mengerjakan Sa'i yaitu
lari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwah bolak-balik sebanyak
tujuh kali. Ritual ini (manasik) sa'i ini merupakan penanaman akhlak dan
karakter unggul seorang ibu dan istri teladan, yakni Hajar istri nabi
Ibrahim as, dan ibu Nabi Ismail as. Di samping pengabadian jasa-jasa
monumental beliau. Nurullah (sinyal-sinyal ilahiah), yang terpancar dari
bukit Shafa dan Marwah diharapkan mengisi seluruh lapisan jiwa manusia
yang tujuh, dengan melakukan ibadah sa'i yang baik dan benar. Karakter
seorang wanita Sholehah yang siap berkorban untuk keridhaan suami dan
Tuhannya. Seorang ibu yang Sholihah yang siap berkorban untuk kehidupan
anaknya dan keridhaan Tuhannya.
Sa'i hanya dilakukan untuk satu
paket ibadah haji dan umrah. Tidak disyariatkan melakukan ibadah sa'i
tersendiri. Karena secara psikologis penanaman nilai-nilai keibuan
dibutuhkan sebagai nilai pelengkap dalam kehidupan, sedangkan nilai
utama yang harus diperhatikan dan dibangun adalah nilai kebapakan, yang
terpancar dari Ka'bah (matsabatan Lin naas wal amna) dan maqam Ibrahim
(loyal kepada Allah, sportif dan dermawan).
Dengan melakukan thawaf (mengelilingi Ka'bah 7× putaran) dan sholat (shalat dan munajat) di maqam Ibrahim.
Matsabatan Lin naas wal amna = mengayomi dan melindungi masyarakat.
15. Tahallul
Tatacara penyelesaian ibadah haji dan umrah adalah dengan istilah
tahallul (proses penghalalan atau pembebasan), maksud nya pembebasan
diri dari ikatan paket rangkaian kegiatan ibadah haji, sebagai mana
SALAM pada ibadah shalat. Tahallul dalam ibadah haji dan umrah adalah
dengan menggunting atau mencukur rambut kepala. Sebagai isyarat, bahwa
seorang haji atau umrah adalah telah siap memotong rambut kedholiman dan
kegelapan yang ada pada dirinya. Baik yang berupa kekufuran, kefasikan
dan kemaksiatan. Siap keluar, minadh dhulumaat ilan nur...
16. Tindak Lanjut Ibadah Haji dan Umroh
Tindak lanjut dari keberhasilan melaksanakan ibadah haji adalah
meninggikan kalimat Allah dan meratakan rahmat-Nya bagi seluruh alam.
Melanjutkan perjuangan Rasulullah Saw. Dengan berbekal ilmu ma'rifah
(dari Arofah), semangat berjuang dari Mina untuk melempar jumroh nafsu
yang tiga (amarah, lawwamah dan mulhimah) dengan dzikrullah sehingga
bisa mengusir setan untuk menggapai ridho Allah SWT. Dengan berkarakter
agung sebagai pengayom dan pelindung umat , seperti Ka'bah. berakhlak
mulia seperti Ibrahim sang kekasih Allah (yang loyal taqwallaah, dan
dermawan serta murah hati), berkarakter keibuan dan istri Sholehah
seperti Siti Hajar, yang taat penuh kepada Allah dan suaminya. Dan
berkarakter seperti Nabi Ismail sang anak Sholeh. Beberapa karakter
unggul tersimpulkan dalam pribadi agung Rasulullah Muhammad Saw sang
manusia sempurna (Al insan Al Kamil). Sehingga profil idial seorang Haji
atau Hajjah adalah 'manusia sempurna' atau Insan Kamil tanpa AL.
Seorang haji selalu berjuang membangun bangsanya. Menjadi bagi
lingkungan masyarakatnya. Menjadi Uswatun Hasanah bagi umatnya. Serta
menjadi da'i untuk kaum dan komunitasnya.
Pribadi yang selalu menghiasi diri dengan delapan permata diri haji Indonesia.
GRAPIYAK.
G. Gemar berdzikir
R. Rajin belajar
A. Aktif kegiatan sosial.
P. Pandai bergaul
I. Ikhlas dalam berjuang dan berderma.
Y. Yakin dan mengamalkan firman-firman Allah.
A. Amanah dalam melaksanakan tugas-tugas.
K. Kreatif dan inovatif.
TTD.
Abdullah Kharisudin Aqib Al kelutani.