Kriteria dan Persyaratan Seorang Mursyid



Kriteria dan Persyaratan Seorang Mursyid
Oleh : Abduloh Kharisudin Aqib Al Kelutany


Wali Mursyid adalah Khalifah Rasulullaah yang Harus kita Ikuti Sunnah-sunnahnya

 ...ۗ مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۖ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا


..., Barang siapa yang Allah berikan petunjuk, maka dialah orang yang betul-betul mendapatkan petunjuk. Dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka kamu tidak akan mendapatkan 'Wali Mursyid' untuknya".(Surat Al-Kahfi 17)

Ayat tersebut mengisyaratkan agar kita:

1. Mengetahui bahwa ada tiga tiga macam manusia, yaitu; Al Muhtadi (yang betul-betul baik, karena mendapatkan hidayah Allah), mudhlil (betul-betul jelek, karena disesatkan oleh Allah), dan wali Mursyid (orang mendapatkan tugas dari Allah sebagai pembimbing umat), dan pelanjut tugas kerasulan.
2. Memahami dan menghayati penting posisi wali Mursyid dan bahayanya murka Allah yang berupa penyesatan terhadap kehidupan seseorang.
3. Senantiasa memohon petunjuk dan dipertemukan oleh Allah  dengan seorang guru Mursyid.

A. Pengetahuan Tentang Wali.

Secara bahasa wali (waliyyun) berarti berarti; pemimpin, teman dekat,  pengayom, pengasuh, pembimbing, atau kekasih, atau yang dikasihi, atau terbimbing. Sehingga ada istilah waliyullah, wali kota, wali murid,  waliyussyaiton, wali murod, wali Majdzub, wali songo, dll. Sehingga arti term Wali mengandung makna keseluruhan. Yaitu seseorang yang terkasih dan atau yang mengasihi,  terbimbing dan/membimbing,  terlindungi dan/melindungi. Oleh karena itu, waliyullah  dalam kajian ini berarti adalah orang yang dikasihi, dilindungi dan selalu dalam bimbingan Allah SWT. Kewalian adalah dasar dari jabatan spiritual, yang bertumpu diatasnya kenabian dan kerasulan. Sehingga pasca masa kerasulan nabi Muhammad Saw, sampai dengan akhir zaman yang ada hanyalah jabatan kewalian dengan karakteristik sebagai mana para nabi dan rasul terdahulu.
Waliyullah ada yang berkarakter seperti Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad dll. Disamping kesamaan karakteristik khusus antara para waliyullah dengan para Nabi dan Rasulullaah, juga adanya karakteristik khusus antara kewalian dan kenabian atau kerasulan. Hanya saja kwalitas dan ketajaman nya yang berbeda. Sebagai mana para nabi atau rasul, seorang waliyullah juga memiliki kelebihan yang luar biasa yang disebut karomah yang di kalangan nabi atau rasul disebut mu'jizat. Kalau para rasul atau nabi selalu mendapatkan penjagaan dari Allah yang dikenal dengan istilah ma'shum kalau wali disebut Mahfud.  Jika nabi atau rasul mendapatkan bimbingan atau firman  dari Allah langsung yang disebut Wahyu, maka bagi para wali disebut Ilham. Tetapi kaduanya memiliki perbedaan dalam hal, bahwa Nabi dan Rasulullaah harus mengumumkan kenabian dan atau kerasulannya, tetapi justru wali harus menyembunyikan kewaliannya.
Secara garis besar seseorang menjadi waliyullah melalui dua jalur; jalur murid dan jalur murod.
Dari jalur murid (seorang yang memiliki kehendak atau irodah) dan keinginan yang kuat untuk mendapatkan keridloan dan kecintaan Allah terhadap dirinya. Orang tersebut berjuang keras (mujahadah) dengan sabar dan istiqamah. Melaksanakan perintah Allah (yang wajib dan fardlu) bagi dirinya, berikut dengan segala sesuatu yang disenangi oleh Allah (Yg sunnah-sunnah). Meninggalkan yang dilarang (yang diharamkan), berikut dengan yang dibenci oleh Allah (yang makruh-makruh), dengan sangat disiplin dan penuh perhitungan. Serta melakukan yang boleh (mubah) dengan tidak berlebihan. Juga meninggalkan sesuatu yang munadzir dan sia-sia. Orang yang bisa istiqamah dalam pola hidup seperti ini, yang disebut waliyul Muttaqin atau wali murid. Yang bertaqwa diantara mereka itulah yang paling mulia disisi Allah SWT.
Mereka mengambil jalan hidup dan tradisi ahli shuffah (sahabat nabi yang mukim samping masjid Nabawi, dan meninggalkan kehidupan masyarakat pada umumnya. Mereka sehari-hari hanya menyertai nabi dalam, sholat berjamaah, ngaji kepada Nabi dan berjuang di jalan Allah.
Mereka itulah para murid tarekat yang secara istiqamah suluk (berjalan mencari ridlo Allah), dengan meninggalkan pola hidup mewah dan hidonistik.
Jalur yang kedua adalah jalur murod (dikehendaki oleh Allah) untuk dekat dan bisa istiqamah di dalam kenal  dan cinta kepada Allah. Orang ini kebanyakan adalah seorang wali Majdzub (wali yang tidak terikat hati dan kesadarannya dengan kehidupan duniawi), dia hampir sepenuhnya dalam kesadaran transendental. Yakni kesadaran dalam cinta dan Ma'rifah kepada Allah, kesadarannya tenggelam dalam keindahan, keagungan dan atau kemaha sempurnaan Allah SWT. Sehingga dia tidak bisa sempurna kesadarannya dengan lingkungan sekitar.
Guru pembimbingnya biasanya adalah rijalul ghoib (wali misterius, atau nabi Khidir).
Dan diantara wali murid dan wali murod, ada yang disebut wali Mursyid (waliyyan Mursyidan), dia adalah berasal dari wali murid yang mendapat tugas dari Allah melalui gurunya untuk menjadi penerus tugas kemursyidan gurunya. Sehingga setiap Mursyid adalah Khalifah dari guru Mursyid sebelumnya dan seterusnya sambung menyambung, sampai dengan Rasulullah Saw.
Sehingga dapat dikatakan, bahwa pada hakikatnya seorang Mursyid adalah Khalifah dari Rasulullah Saw. Sebagai Khalifatur Rasulullaah, maka seorang Mursyid haruslah seorang yang Kaamilun mukammilun.
Yang dimaksudkan dengan "kaamilun mukammilun" (sempurna lagi menyempurnakan) Adalah; seorang guru yang tlh mengikuti pendidikn kerohanian (suluk) dengan sempurna. Dalam pandangan guru Mursyidnya.
Memiliki karakter (Akhlak) mulia yang lengkap (Kamil) Sebagai cerminan al-Asma' Al Husna dan sifat wajib para rasul. Setidaknya lima asma' Al Husna, dan satu sifat wajib Rasullullah, yaitu: 'alim (pakar), rahim (penyayang), Halim (santun), hakim (bijaksana), Karim (murah hati), dan Amiin (terpercaya).  Serta berjiwa pendidik (murobbi) dan bisa mendidik, atau menguasai ilmu tarbiyah, serta mendapat mandat sebagai Mursyid oleh Mursyid sebelumnya.

Wallahu'a'lam bis showab

1 komentar: