M​engenal Lebih Dekat Dengan 'Ulama’​


Mengenal Lebih Dekat Dengan 'Ulama
Oleh: Abdullah Kharisuddin Aqib

A. Pengertian 'Ulama' dan Apa-apa yang terkait dengannya. 
1.   Secara bahasa adalah para ilmuwan (orang yang banyak ilmu dan atau pengetahuannya), baik ilmu umum maupun keislaman.
2.   Secara istilah keislaman umum adalah orang-orang yang ilmu agamanya diyakini banyak, oleh masyarakatnya.
3.   Menurut Al Qur'an, orang-orang yang bisa benar-benar takut kepada Allah SWT.
4.   Menurut para ahli tasawuf atau ahli hakekat, adalah orang-orang yang banyak ilmunya dengan kompetensi yang baik. (Pengetahuannya banyak ('alim), pemahaman dan penghayatannya baik (faqih), serta praktek pengamalannya cermat (wari' atau waro').

B.   Keterkaitan istilah 'Ulama' dengan yang lain: 'Ulama' dengan Kyai dan Habaib:
'Ulama' adalah adalah gelar akademik dan moral, sedangkan Kyai adalah gelar sosial keislaman Jawa. Adapun habaaib adalah gelar keturunan Rasulullah. 
Sehingga ada kemungkinan kyai yang kurang ke'ulama'annya, demikian juga Habaib. Begitu juga sebaliknya, ada seorang yang 'alim tapi bukan kyai dan juga bukan habib. Gelar Ke'ulama'an sosial (kyai, Ki, Ajengan, tuan guru dll) bersifat lokal.

C.   Profesi dan Excellency (keunggulan) para 'ulama' umat Islam seperti para Nabi
Bani Israil. 
Masing-masing 'ulama' umat Islam (yang Rosihun fil ilmi sekaligus Auliya') memiliki karakter, kompetensi, profesi, dan keunggulan (Excellency) sebagai mana para nabi di kalangan Bani Israil. Sehingga kewalian  mereka disebut tahta qidam anbiya' (di bawah kaki para Nabi) Keunggulan mereka adalah seperti mukjizat bagi para nabi Bani Israil. Ada ulama' seperti nabi Musa, misalnya imam Ghazali, dan seperti nabi Isa misalnya Ibnu Sina atau para kyai thabib. Ada 'ulama' seperti nabi Daud, Sulaiman dsb.

D.   Profesi 'ulama' dalam sejarah Islam.
1.   Ada 'ulama' yang juga umaro', misalnya: para Khalifah, mulai Khulafaur Rosyidin sampai dengan Khalifah terakhir kebanyakan adalah juga ulama'. 
2.   ulama' pedagang atau pengusaha, seperti para 'ulama' Nusantara, khususnya sebelum masa kemerdekaan.
3.   ulama' pendidik, seperti para kyai pesantren, para guru dan dosen, serta guru Mursyid.
4.   'ulama' pejuang dan da'i, seperti para tokoh dan pimpinan ormas Islam, misalnya para Syuriah NU, pimpinan Muhammadiyah, dll.
5.   'ulama' thobib, misalnya para kyai di pedesaan.
6.   'ulama' pertapa (Zahid). Ada para waliyullah yang tersembunyi (wali mastur dan wali Majdzub).

E.  Profesi 'Ulama' Kyai Jawa. Secara garis besar ada 4 macam.
Ada kyai sembur (kyai thabib atau dukun), kyai tutur (penceramah), kyai tandur (pendidik), dan kyai wuwur (pengayom masyarakat).

F.  Gelar-gelar Ke'ulama'an Secara Praktis. 
1.  Bidang Sosial Budaya (lokal). Syekh, Kyai, Ki, Ajeng tuan, Tuan Guru, Mursyid, ayatulloh, dll.
2.  Bidang Keilmuan: faqih, Mujtahid, mutakkallim, syekh, mutashawwif, Sufi, muhaddis, musnid, mufassir, murobbi dll.
3.  'Ulama' versi Barat:
-   Puritanis (pemurni ajaran agama), seperti ulama' salafi dan Wahabi. Mereka adalah ulma' fondamentalis yang tidak radikal. 
-   Fondamentalis (sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip keyakinan dalam agama), di dalam mereka itu ada kelompok yang radikal (keras secara fisik terhadap barat), seperti MMI di Indonesia dan Al Qaeda di Timur Tengah. Tapi ada juga yang tidak tidak radikal secara fisik seperti Hizbut tahrir.
-   Tradisionalis, adalah 'ulama' yang mengikuti prinsip keberagaman ahli Sunnah wal jama'ah. Yang cukup lunak dalam berhadapan dengan bangsa dan budaya Barat. Seperti NU dan Muhammadiyah di Indonesia. Mereka juga disebut ulama' nasionalis.
-   'Ulama' liberalis adalah kelompok 'ulama' yang sangat bebas dan akomodatif terhadap kebenaran agama dan ajaran filsafat lain. Juga terhadap bangsa dan budaya barat. 
-   'Ulama' Pluralis.
Pluralis model 'ulama' yang bisa mengakui dan memahami banyak kebenaran. Kebenaran bukan tunggal. Bahkan semua agama bisa benar semua. Kelompok ini juga sangat akomodatif terhadap bangsa dan budaya barat, sehingga bangsa barat bisa menerima kelompok ulama' ini.
Model ulama' pluralis dengan lineralis, yang membedakan liberalis karena sikap mental toleran, sedangkan prularis karena pengetahuan yang mereka miliki.

G. Jaringan 'Ulama'.
Warna warni jaringan 'ulama' sangat banyak, tetapi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat warna dasar. Jaringan dakwah Islam, jaringan keilmuan dan pendidikan, jaringan organisasi dan gerakan, jaringan nasab dan tradisi. 
1.      Jaringan dakwah Islam, adalah jaringan para penyebar Islam di wilayah minoritas, seperti Walisongo di tanah Jawa, abad 14-15, ittihadul muballighin, dan Jama'ah tabligh di era modern (transnasional).
2.      Jaringan Ilmu dan pendidikan diwujudkan dalam jaringan alumni dan keguruan, jaringan pesantren Nusantara, jaringan alumni pesantren Yaman, perguruan tinggi Mesir dll.
3.      Jaringan organisasi dan gerakan, ada yang bersifat nasional; seperti Muhammadiyah dan NU. Ada yang bersifat transnasional, seperti: Hizbul tahrir, Wahabi, salafi dan Ikhwanul muslimin. Juga beberapa Jam'iyyah thoriqoh.
4.   Jaringan nasab dan tradisi; seperti Habaib,   basaiban, Syiah dll

H.  'Ulama' dan Politik.
Sebenarnya hubungan antara 'Ulama' dengan politik adalah ibarat nakkoda dengan kapalnya. Tetapi kebanyakan sekarang umat terhipnotis oleh para nakkoda hitam, sehingga para 'ulama' enggan berpolitik dalam pemerintahan dan negara. Karena politik digambarkan sebagai kapal rusak yg membahayakan. Atau digambarkan sebagai area berlumpur yang kotor. 
Seharusnya yang memasuki ranah politik haruslah para 'ulama' agar politik (kapal) bisa berjalan dalam pakem para nabi ('ala minjahajin nubuwwah). 
Opini buruk bagi 'ulama' yang pada ranah politik adalah provokasi pada politikus, bukan negarawan. Negara yang dinakhodai oleh yang bukan 'ulama' tentu amat sulit untuk berjalan di atas rel aturan Allah SWT.

I.    Akhlak dan Keilmuan para 'Ulama'.
Sebagai pewaris para Nabi 'Ulama' idealnya memiliki akhlak atau kepribadian serta keilmuan seperti para Nabi dan Rasul. 
1.    Para nabi berakhlak Rabbani, ada yang akhlak yang sangat lengkap dengan gelar Abdullah, seperti Nabi Muhammad, tetapi ada yang dominan dalam kepribadian tertentu seperti sangat berkuasa dengan gelar Abdul Malik, seperti Nabi Daud. Abdus Shobur seperti Nabi Nuh. Dll.
Para nabi semua bekerja, baik dalam kehidupan maupun dakwahnya adalah dalam rangka menyenangkan Allah (Li irdho illah). 
Demikian juga para ulama' yang warosatul anbiya'. 
2.    Dalam hal Keilmuan para nabi juga memiliki keunggulan masing-masing, ada yang ahli menejerial seperti nabi Muhammad, informatika seperti Nabi Musa, matematika nabi Idris, akuntansi agronomi nabi Yusuf, perkapalan nabi Nuh dll.
Demikian juga para 'ulama' warosatul anbiya', juga memiliki keunggulan keilmuan dan profesi serta kepribadian sebagai mana para nabi dan Rasul.
Sedangkan para 'ulama' yang tidak warosatul anbiya', tentu akhlak batinnya tidak sama dengan para nabi dan rasul. Demikian juga motivasi "kerjanya". Mereka bekerja liddun ya (untuk dunianya; mungkin untuk material, untuk kenikmatan, nama besar, harga diri, atau jabatan duniawi). Sekalipun dan bisa jadi akhlak dhohir dan keilmuannya sama dengan yang warosatul anbiya'.

J.    'ULAMA' yang Nabawiy dan 'Ulama' yang Rasuliy.
'Ulama' pasca era kenabian (era kewalian), tugas dan fungsinya juga seperti pada masa kenabian. Yaitu ada hamba Allah yang tugas dan fungsinya sebagai penyimpan ilmu atau penyebar ilmu pasif itulah para anbiya'. Dan ada hamba Allah yang bertugas sebagai penyebar ilmu dan pembimbing umat secara aktif,  itulah yang disebut Mursalin (para rasul). Demikian juga 'ulama' warosatul anbiya'. Ada yang tidak aktif menyebarkan ilmu dan pembimbing umat, tugas mereka hanya menyimpan ilmu untuk mengamalkannya sendiri dan untuk orang yang mau bertanya kepadanya, disamping berdoa dan munajat kepada Allah SWT, itulah maqam 'ulama' Nabawi. Sedangkan 'ulama' rasuli adalah 'ulama' yang secara aktif nasyrul 'ilmi dengan menulis, mengajar dan atau membimbing umat. Mereka itulah para warosatul Mursalin.

K.   Kwalifikasi 'Ulama' ;
Hukama',  Auliya, Asfiya' dan Ulul Albab.
Secara potensial, semua 'ulama' yang Rosihun fil ilmi (mendalam ilmunya), yang warosatul anbiya' pasti memiliki banyak hikmah, kewalian, kesufian dan keulul albaban. Tetapi berdasarkan keunggulan yang lebih bisa dikenali, ada 'ulama' yang ahli hikmah (Hukama'), ahli amal (Auliya'), ahli ilmu dan amal (Asfiya'), ahli fikir , ahli dzikir dan ahli berjuang (Ulul Albab).
1.  Ulama' hukuma'.
     Seorang 'ulama' yang Hukama' adalah seorang yang banyak hikmahnya (banyak filsafat hidupnya) sekaligus dia mampu untuk menyampaikannya kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuannya untuk mengintegrasikan dan menyimpulkan antara pengetahuannya dengan fenomena yang ada menjadikan dia bijaksana.
2.  'ulama'yang Auliya' adalah seorang 'ulama' yang karya nyatanya lebih dominan daripada teori, orasi dan literasinya,  khususnya dalam menolong manusia karena Allah.
     Dengan kedermawanan dan kemurahan hatinya dia dicintai oleh Allah SWT, sehingga dia dijaga (Mahfud), dan dibimbing oleh Allah SWT (Rosyidun).
3.   'Ulama' Al Asfiya' ('ulama' Sufi), adalah ulama' yang lebih dominan mengamalkan ilmu tasawuf, bahkan mereka sebagai guru dan pembimbing kerohanian umat (Mursyidun) merekalah yang secara formal dan spiritual menjadi Khulafaur Rosul (Ar Rosyidun Ar Rosihun). Yang sanad dan berkahnya bersambung secara langsung (musalsal dan mutallaqqiyan) sampai dengan Nabi Muhammad Saw
4.  'Ulama' Ulul Albab.
     Ulul Albab "dzu fikrotin saalimatin kholiatin 'anil hawa" (pemilik pikiran yang sehat dan bersih dari hawa nafsu) adalah persyaratan sebagai 'ulama' warosatul Mursalin. Dalam profesi apapun, dia adalah ahli dzikir, ahli fikir dan ahli amal shaleh, khususnya perjuangan dan dakwah. Mereka itulah cendikiawan muslim dalam prespektif Al Qur'an.

L. Kwalifikasi 'Ulama' II
Salafi, Khalafi, Sunni dan Ahli Sunnah wal jama'ah.
Dalam tradisi keagamaan, 'ulama' juga bisa dikelompokkan menjadi 3 atau 4 kwalifikasi berdasarkan era dan trendy pemikiran mereka. Yakni;
1.      'Ulama' salafi. Yaitu para ulama yang cenderung mengikuti pola pemikiran mayoritas kaum salaf (ulama' klasik), yang bermazhab ahlul hadits (tekstualis). Akal tidak boleh interpretasi dalam pemahaman agama. Agama adalah otoritas mutlak Wahyu.
2.       'Ulama' kholafi.
Para ulama yang cenderung mengikuti pola pemikirannya minoritas kaum salaf, yakni ahlu Ro' yi. Kaum rasionalis dalam Islam.
Munculnya kelompok-kelompok minoritas 'ulama' ini memang belakangan era salaf (2-3 abad setelah Rasulullah wafat). Sehingga kelompok ini disebut 'ulama' kholafi (belakangan).
3.       'Ulama' Sunniy.
Kwalifikasi 'Ulama' ini adalah secara tradisi dalam pemahaman agama bersifat kombinatif. Yaitu menggunakan tradisi keagamaan ahlul hadits ('ulama' salafi), dan tradisi ahlur ro'yi ('ulama' kholafi) sekaligus.
Mereka memegangi Al Qur'an dan Al hadits (Wahyu Allah), juga ro'yu atau akal sehat sebagai dalil agama. 
4.      'Ulama' Aswaja.
Ahlussunah wal jama'ah adalah sebuah kelompok umat Islam (juga para 'ulama'nya) adalah kumpulan para pengikut madzhab sunny, yang bersatu dalam menghadapi dominasi minoritas muslim (Mu'tazilah maupun Salafi), yang dalam bahasa trendy nya adalah " AHLU SUNNAH GRUP"

Wallahu A'lam bis sowab. 
Kelutan, 30 Desember 2018.

Abdullah Kharisuddin Aqib. Khodim Ma'had DUA.
Read more…

SHOLAWAT ULUL ALBAB